LUMAJANG, KOMPAS.com - Ratusan warga yang tinggal di Dusun Sumberlangsep, Desa Jugosari, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur masih merasakan dampak dari banjir lahar hujan Gunung Semeru yang menerjang aliran Sungai Regoyo.
Banjir memutus jembatan yang menjadi satu-satunya akses untuk keluar masuk dusun.
Akibatnya mobilitas warga terhambat. Putusnya jembatan membuat warga terpaksa berjalan kaki menyeberangi sungai yang menjadi tempat aliran lahar.
Baca juga: 3 Dusun di Lumajang Terisolasi Imbas Jembatan Putus akibat Banjir Lahar Semeru
Warga harus menanggung risiko, namun tak punya pilihan lain. Saat bahan makanan di rumah habis, mereka harus berbelanja di dusun sebelah yang ada di seberang sungai.
Painem, warga Dusun Sumberlangsep mengatakan, kondisi ini sebenarnya sudah beberapa kali terjadi. Banjir lahar hujan Semeru biasanya datang di musim penghujan meskipun intensitasnya masih tergolong ringan.
Namun, banjir lahar yang terjadi pada Kamis (18/4/2024) malam disebutnya sangat besar hingga memutus jembatan penghubung yang biasa dilewati oleh warga.
Baca juga: Pasutri di Lumajang Tewas Terseret Banjir Lahar Gunung Semeru
Painem dan ratusan warga yang lain pun terpaksa berjalan kaki melintasi aliran Sungai Regoyo demi mendapatkan bahan baku makanan untuk makan anak dan suaminya.
"Mau beli gas buat masak, sama beli makanan, di sana toko-toko sudah habis jadi nyeberang mau beli," kata Painem usai melintasi jalur yang sebelumnya dilalui aliran lahar di Sungai Regoyo, Sabtu (20/4/2024).
Kondisi di Dusun Sumberlangsep semakin parah dengan matinya aliran listrik sejak malam terjadinya banjir lahar.
Sebab, tiang listrik yang ada di sisi sungai ambruk diterjang banjir lahar. Kabel dan tiang listrik tampak terpendam material pasir dan batu.
Khodijah, warga Sumberlangsep bercerita, tak ada listrik di desanya saat malam hari. Semua rumah hanya diterangi lampu minyak yang sinarnya tidak mampu menembus gelapnya malam.
Baca juga: 2 Warga Meninggal Dunia akibat Banjir Lahar Semeru
Ia dan warga lainnya terpaksa membeli minyak tanah setiap hari ke dusun seberang maupun ke Pasar Pasirian agar rumahnya sedikit lebih terang.
"Mau beli minyak buat oblik (lampu minyak), lampunya kan mati, jadi kalau malam ya enggak kelihatan apa-apa, makanya pakai oblik," kata Khodijah.
Beberapa warga juga menggunakan senter untuk menyinari rumahnya agar tidak terlalu gelap dan tetap bisa beraktivitas.
Namun, warga harus pergi ke dusun seberang pada siang harinya untuk mengisi daya baterai senter.
"Mau charge baterai senter buat persiapan nanti malam, supaya enggak terlalu gelap," ujar Ani, warga Sumberlangsep.
Belum ada bantuan
Painem dan Khodijah kompak menjelaskan, sejak banjir pada Kamis malam, belum ada bantuan logistik yang masuk ke dusunnya.
Sehingga, warga harus menyebrangi aliran Sungai Regoyo untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Belum ada (bantuan) sama sekali, kalau ada kan enggak nyeberang buat belanja," tegas Painem dan Khodijah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.