KOMPAS.com - Wardatun Toyyibah (28), warga Desa Imaan, Kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik, Jawa Timur ditemukan meninggal oleh suaminya sendiri, Mahfud (42) di dalam kamarnya Sabtu (16/3/2024) dini hari.
Sementara itu, anaknya yang masih berusia 2,5 tahun mengalami luka sayatan di kaki.
Sang suami menyebut istrinya adalah korban perampokan karena uang Rp 150 juta milik mereka yang tersimpan di lemari, hilang.
Dari hasil keterangan dokter forensik RSUD Ibnu Sina, ada empat luka tusuk di tubuh korban yakni di leher depan, leher belakang dan dada.
Baca juga: Ibu Muda di Gresik yang Tewas Dalam Kamar Korban Perampokan, 1 Pelaku Ditangkap
Beberapa hari setelah kejadian, FA (20), pria asal Kecamatan Dukun yang diperiksa sebagai saksi kematian Wardatun ditemukan tewas di sebuah gubuk di kebun jagung yang berada di Desa Wotan, Kecamatan Panceng, Gresik, Jawa Timur, Selasa (26/3/2024).
Pada saat ditemukan, posisi korban tergeletak mengenakan jaket sweater dan juga sarung berwarna merah.
Dua hari sebelum ditemukan tewas, FA sempat dimintai keterangan oleh polisi pada Minggu (24/3/2024).
Belakangan terungkap FA terlibat perampokan dan pembunuhan Wardatun bersama dua pelaku lainnya yakni AS dan Ahmad Midhol.
AS yang juga tetangga korban berhasil ditangkap di Kabupaten Jombang, sementara Ahmad Midhol yang menjadi otak perampokan masuk dalam daftar pencarian orang (DPO).
Baca juga: Teka-teki Kematian Wardatun, Suami Sebut Tak Tahu Kejadiannya hingga TKP Dirusak
Saat ditangkap, AS mengaku menggunakan uang hasil perampokan untuk membeli narkona jenis sabu.
Kasatreskrim Polres Gresik, AKP Aldhino Prima Wirdhan, menyatakan pria berinisial SA (20) yang jasadnya ditemukan di ladang diduga terlibat perampokan.
"Satu lagi SA. Semuanya warga Desa Ima'an," paparnya, Selasa (9/4/2024), dikutip dari TribunJatim.com.
Ia menjelaskan SA sempat diperiksa sebagai saksi dalam kasus ini.
Sehari setelah diperiksa, SA ditemukan tewas tanpa ada luka kekerasan di tubuhnya. Bahkan, pakaian yang dikenakan jasad SA sama seperti pakaian saat diperiksa di kantor polisi.
"Kemungkinan kuat, SA ini mengakhiri hidup karena ketakutan setelah diperiksa sebagai saksi. Ternyata dia adalah satu dari tiga pelaku perampokan di Desa Ima'an Dukun," lanjut dia.