LUMAJANG, KOMPAS.com - Seorang operator ekskavator ditemukan tewas usai diterjang banjir lahar Gunung Semeru pada Rabu (31/1/2024) sore.
Korban diketahui bernama Suparman, warga Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Ia merupakan pekerja di pertambangan pasir yang ada di Kecamatan Ampel Gading, Kabupaten Malang.
Saat banjir terjadi, Suparman sedang melakukan aktivitas pertambangan pasir seperti biasa.
Debit air yang tiba-tiba besar membuat semua orang, termasuk Suparman panik berhamburan keluar dari area tambang.
Baca juga: Jembatan Kloposawit yang Putus Diterjang Banjir Lahar Semeru Sudah Bisa Dilintasi
Kala itu, Suparman berusaha menepikan ekskavator yang dikendarainya. Namun, laju air datang lebih cepat hingga Suparman beserta ekskavator terseret derasnya banjir lahar.
Kapolsek Pronojiwo AKP Wahono Puji Santoso mengatakan, beberapa warga dan pekerja sempat meneriaki korban agar segera menepi sebelum akhirnya terseret.
Baca juga: Warga Terdampak Banjir Lahar Semeru: Kami Butuh Bantuan Perabot Rumah
Sesaat setelah banjir reda, warga mengecek ke ekskavator yang sudah terseret beberapa meter dari lokasi awal. Namun, korban tidak ditemukan.
Korban baru ditemukan setelah warga melakukan penyisiran sejauh 7 kilometer. Korban ditemukan dalam kondisi tak bernyawa.
Tubuh Suparman tertimbun material vulkanik yang terbawa derasnya banjir lahar Gunung Semeru.
"Korban bekerja di tambang pasir yang ada di Malang, ditemukan 7 kilometer tepatnya di Blok Wareng, perbatasan antara Desa Sidomulyo dan Taman Ayu," kata Puji melalui sambungan telepon, Kamis (1/2/2024).
Puji mengatakan, saat ini jenazah korban sudah dipulangkan ke rumah duka yang ada di Blitar.
"Korban setelah kita evakuasi semalam langsung dibawa ke rumah duka," lanjutnya.
Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Lumajang Wawan Hadi Siswoyo mengimbau kepada para penambang dan warga yang beraktivitas di sekitar sungai yang dialiri lahar Semeru untuk segera keluar dari area sungai begitu cuaca sudah tampak mendung.
Sebab, risiko banjir lahar dingin maupun banjir bandang bisa terjadi kapan pun. Mengingat, kawasan puncak Gunung Semeru kerap diguyur hujan dengan intensitas tinggi.
"Kami imbau agar warga tetap tenang dan terus meningkatkan kewaspadaan, khususnya yang beraktivitas di sekitar sungai, risiko banjir itu nyata meskipun waktu dan intensitasnya belum bisa diprediksi," imbaunya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.