Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jenang Sapar: Tradisi, Makna, dan Resep

Kompas.com, 15 Agustus 2023, 22:09 WIB
Puspasari Setyaningrum

Editor

KOMPAS.com - Salah satu kuliner tradisional yang terkait erat dengan tradisi masyarakat Jawa adalah membuat dan menyajikan jenang sapar.

Di beberapa daerah, sajian jenang sapar juga dikenal sebagai bubur sapar atau tajin sapar.

Jenang sapar adalah makanan yang disajikan khusus untuk menyambut Bulan Sapar dalam kalender Jawa atau disebut Bulan Safar dalam kalender Hijriyah.

Baca juga: 17 Jenang Khas Solo dan Maknanya, Apa Makna Jenang Sumsum?

Dilansir dari laman surabaya.tribunnews.com, tradisi membuat jenang sapar sudah dilakukan masyarakat Jawa secara turun temurun.

Sajian jenang sapar mirip dengan bubur dengan rasa manis dan gurih, yang biasanya terdiri dari jenang grendul, jenang sumsum, dan jenang ketan hitam atau jenang mutiara.

Tradisi ini banyak ditemukan di Pulau Jawa dan Pulau Madura, yang menurut cerita-cerita lawas telah ada sejak sebelum masa kemerdekaan.

Baca juga: 7 Jenang di Yogyakarta, Ada yang Buka Sejak 1950-an

Makna Jenang Sapar

Dilansir dari laman jatim.nu.or.id, tradisi jenang sapar ini konon berasal dari strategi dakwah walisongo sebagai upaya pengenalan Islam melalui tradisi dan budaya yang berkembang saat itu.

Hal ini seperti dijelaskan Dermawan Setia Budi, Budayawan yang juga Ketua Pengurus Cabang (PC) Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) Kabupaten Lumajang.

Baca juga: 5 Tempat Makan Jenang di Solo, Harga Mulai Rp 6.000

Budi menjelaskan bahwa terdapat filosofi yang berkembang di masyarakat mengenai jenang Sapar, seperti bentuk bulat-bulat yang terbuat dari tepung ketan itu mencerminkan sebuah cikal bakal manusia itu sendiri.

Menurutnya, hal ini bermakna bahwa manusia yang berasal dari hal yang sama meskipun keluar menjadi berbeda-beda akan menjadi manis jika bisa bersatu kembali.

Hal itu ditunjukkan oleh bentuk bulatan-bulatan beras ketan yang disiram jenang warna coklat tua yang lengket, sehingga memunculkan perpaduan yang menciptakan rasa khas.

Menurut Budi, kombinasi dari jenang sapar itu dapat memberikan sebuah kenikmatan yang tersendiri.

Ia mengungkap bahwa bisa dikatakan persatuan ini adalah sebuah rasa manis yang luar biasa, sehingga dalam kehidupan itu memiliki makna tersendiri, dan diharapkan nanti mampu tumbuh dengan semangat kebersamaan.

Sementara dilansir dari laman surabaya.tribunnews.com tradisi menyajikan jenang sapar dipercaya mengandung doa yatu agar terhindar dari bala bencana alam, diberikan kesehatan, dan keselamatan, serta agar mendapat rejeki yang melimpah.

Resep Jenang Sapar

Pembuatan jenang sapar dapat dimulai dengan membuat jenang sumsum, jenang mutiara, dan jenang grendul.

Halaman:


Terkini Lainnya
Kisah Mahasiswa di Surabaya Kerja Sampingan Jadi Kurir Makanan demi Uang Kuliah
Kisah Mahasiswa di Surabaya Kerja Sampingan Jadi Kurir Makanan demi Uang Kuliah
Surabaya
Dua Pelaku Pemalakan di Pantai Bangsring Banyuwangi Beraksi Sejak 2023
Dua Pelaku Pemalakan di Pantai Bangsring Banyuwangi Beraksi Sejak 2023
Surabaya
Wisatawan Lansia Dipungli 'Uang Pengawalan' Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Wisatawan Lansia Dipungli "Uang Pengawalan" Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Surabaya
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
Surabaya
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Surabaya
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Surabaya
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Surabaya
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Surabaya
Pelaku Pungli 'Uang Pengawalan' Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Pelaku Pungli "Uang Pengawalan" Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Surabaya
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Surabaya
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Surabaya
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar 'Uang Pengawalan', Penyandera Ditangkap
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar "Uang Pengawalan", Penyandera Ditangkap
Surabaya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau