LUMAJANG, KOMPAS.com - Sebanyak 50 hektar lahan pertanian tembakau di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, digenangi air akibat curah hujan tinggi yang mengguyur kawasan itu selama sepekan terakhir.
Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kabupaten Lumajang Dwi Wahyono mengatakan, genangan air di sawah membuat para petani tembakau terancam gagal panen.
Sebab, kondisi tanaman tembakau yang baru berusia 1-2 bulan itu kini layu bahkan beberapa sudah ada yang mati akibat digenangi air.
"Kalau hujan terus gini kasihan petani. Saya lihat di sawah itu sudah ada yang mati, akarnya sudah tidak normal," kata Dwi di Lumajang, Minggu (2/7/2023).
Baca juga: 5 Orang di Lumajang Terjebak Banjir Lahar Semeru
Menurutnya, lahan tembakau yang tergenang paling parah berada di Desa Bades, Kecamatan Pasirian, yakni seluas 10 hektar.
Sisanya, tersebar di Desa Nguter di Kecamatan Pasirian, Desa Tumpeng dan Desa Kaliwungu di Kecamatan Tempeh, Desa Kabuaran, Desa Karanglo, Desa Jatigono di Kecamatan Kunir dan Desa Sumbersuko di Kecamatan Sumbersuko.
"Kita ada tiga kecamatan yang tergenang. Yang paling banyak tergenang ini yang di Bades karena yang lain belum hujan, Bades sudah hujan duluan," tambahnya.
Baca juga: Banyak Warga Tak Bisa Tonton Tari Topeng Kaliwungu, Bupati Lumajang Minta Maaf
Selain genangan karena intensitas hujan tinggi, menurut Dwi, beberapa sawah juga tergenang akibat melubernya saluran air sungai.
"Kalau yang Kaliwungu itu karena saluran sekundernya dangkal jadi meluber ke sawah petani tembakau," ujarnya.
Dwi menyebut, dari 50 hektar lahan pertanian tembakau yang tergenang air, para petani bisa merugi sampai Rp 1,25 miliar.
Hitungannya, biaya produksi mulai dari sewa lahan, pembibitan, hingga pemupukan, petani harus mengeluarkan biaya setidaknya Rp 25 juta per hektar.
"Kerugian kalau yang sawahnya nyewa itu bisa sampai Rp 25 juta per hektar, tinggal hitung kalau ada 50 hektar sudah Rp 1,25 miliar," terangnya.
Kini, petani berharap tanaman tembakau mereka masih bisa diselamatkan dengan cara memperbaiki guludan tanah.
Namun, hal itu pun tergantung kekuatan akar tembakau. Jika sudah rusak, kata Dwi, tembakau tidak bisa lagi diselamatkan.
"Kita sekarang coba selamatkan, mudah-mudahan masih bisa. Tapi petani kan juga harus keluar biaya lagi sedangkan kemarin sudah habis puluhan juta. Semoga ada bantuan modal dari pemerintah," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.