BATU, KOMPAS.com - Sumari (50), petani jeruk dan rumput gajah di Desa Tlekung, Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Jawa Timur, kelimpungan menghadapi kebijakan pembatasan pupuk bersubsidi.
Pria yang merupakan ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sumber Bumi Makmur itu juga seringkali mendapat keluhan yang sama dari para petani lainnya.
Sumari menyampaikan, sekitar 90 persen dari lahan pertanian yang ada di desanya merupakan tanaman jeruk dan rumput gajah. Para petani dengan jenis tanaman tersebut tidak mendapat pupuk bersubsidi.
Baca juga: Polisi di Situbondo Bongkar Upaya Penyelundupan 2,5 Ton Pupuk Bersubsidi ke Probolinggo
Menurut Sumari, jumlah petani yang tergabung dalam Gapoktan Sumber Bumi Makmur sekitar 500 orang. Sementara petani yang menerima pupuk bersubsidi tahun ini hanya sekitar 300 orang.
"Lainnya sudah malas mengajukan, karena dibatasi hanya dapat 270 kilogram setiap hektare, ya kurang itu, yang bagi mboten ngertos (tidak memahami) kondisi petani," kata Sumari pada Selasa (23/5/2023).
Baca juga: Petani Bondowoso Unjuk Rasa Meminta Pupuk Subsidi, Ancam Golput di Pemilu 2024
Sebagai informasi, pemerintah pusat membatasi penerima pupuk bersubsidi dengan hanya mengalokasikan kepada para petani dengan 9 komoditas. Di antaranya, yakni padi, jagung, kedelai, cabai, bawang merah, bawang putih, tebu rakyat, kakao dan kopi. Sebelumnya, alokasi pupuk subsidi untuk 70 jenis komoditas.
Menurutnya, kebijakan tersebut telah menyusahkan para petani.
"Banyak yang enggak masuk ketentuan 9 komoditas itu, seperti jeruk, jambu, rumput gajah, kayak mau dimatikan petani ini. Karena di desa kami produk pertanian unggulannya jeruk, kalau rumput gajah juga, untuk menyuplai pakan sapi setiap hari, karena di sini penghasil susu juga," katanya.
Pada saat yang sama, kata Sumari, para petani enggan mengajukan pupuk subsidi kepada pemerintah karena disinyalir isi yang ada dalam pupuk subdisi tersebut telah dikurangi.
"Sakniki (sekarang) petani memilih pupuk non-subsidi, kandungan pupuk subsidi yang ponska itu sepertinya dikurangi, sekarang 10, 12, 15, dulu kan triple 15," katanya.