SURABAYA, KOMPAS.com - Penanganan sampah di kota-kota besar seperti Surabaya yang dianggap sebuah permasalahan utama, kini sudah memiliki solusi yang justru membawa manfaat untuk masyarakat luas.
Salah satunya, melalui Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Benowo yang hampir delapan tahun beroperasi ini.
Selama delapan tahun beroperasi, pembangkit listrik ini telah menyumbang 122,04 GWh energi di Jawa Timur.
Baca juga: Pembangkit Listrik Tenaga Sampah Putri Cempo Solo Jalani Uji Coba Operasional Tahap Pertama
Beroperasi sejak 30 November 2015, PLTSa Benowo merupakan pembangkit listrik berbahan bakar sampah dari Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Benowo yang memiliki areal seluas 37,4 Hektar.
PLTSa ini pertama kali beroperasi dengan kapasitas 1,65 MW menggunakan teknologi sanitary landfill.
Sebagai bentuk tindak lanjut Perpres 35/2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolah Sampah Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan, PLTSa Benowo tahap 2 berkapasitas 9 MW dengan teknologi gasification beroperasi 10 Maret 2021.
General Manager PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi Jawa Timur Lasiran mengatakan, PLTSa Benowo ini merupakan kolaborasi PLN dengan Pemkot Surabaya untuk mendukung energi listrik berbasis teknologi ramah lingkungan.
"Setiap tahunnya, PLTSa ini berkontribusi memasok energi bersih sekitar 5,5 GWh dan 30 GWh untuk masing-masing pembangkitnya," ujar Lasiran di Surabaya, Rabu (17/5/2023).
Baca juga: Khofifah Berharap TPA Supit Urang Jadi Pembangkit Listrik Tenaga Sampah
Sanitary landfill ini merupakan sistem pengelolaan dengan cara membuang dan menumpuk sampah di lokasi cekung, memadatkannya, dan kemudian menimbunnya dengan tanah untuk selanjutnya diperoleh gas metan.