SURABAYA, KOMPAS.com - Sejumlah daerah di Jawa Timur, termasuk Surabaya, masih sering diguyur hujan meskipun telah memasuki musim kemarau.
Menanggapi hal ini, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jawa Timur menjelaskan bahwa ada gangguan cuaca skala regional yang menyebabkan suplai uap air udara basah dan menjadi awan hujan.
"Jadi ada madden julian oscillation (MJO) dan gelombang rossby ekuatorial ini menciptakan suplai uap air udara basah yang menyebabkan awan hujan untuk wilayah Jatim pada umumnya, khususnya wilayah Surabaya," kata Koordinator Bidang Observasi BMKG Jawa Timur, Rendy Irawadi saa dikonfirmasi, Kamis (11/5/2023).
Baca juga: Survei Indopol Pilkada Jatim 2024, Elektabilitas Khofifah Tertinggi, Disusul Risma dan Emil Dardak
Rendy mengatakan, pertumbuhan awan hujan ini cukup intensif pada sore dan malam hari, sehingga hujan yang terjadi rata-rata pada malam hingga dini hari.
Meski demikian, ia menyebutkan bahwa suhu udara masih dalam kisaran normal, yakni 34 hingga 35 derajat celsius. Suhu udara ini masih lebih rendah daripada puncak musim kemarau.
Baca juga: Prakiraan Cuaca di Surabaya Hari Ini 11 Mei 2023 : Pagi Hujan Ringan, Malam Cerah Berawan
Menurutnya, kondisi ini tidak menunjukkan adanya peningkatan suhu yang signifikan dan bahwa puncak musim kemarau yang biasanya cerah dan tidak berawan menyebabkan suhu tinggi itu normal.
Namun, ia juga menyatakan bahwa potensi kekeringan di Jawa Timur masih sulit ditebak saat ini.
"Untuk saat ini potensi kekeringan belum nampak di Jatim. Karena ini baru awal musim kemarau dan potensi hujan masih tinggi di Jatim. Sehingga kekeringan potensinya belum ada. Kita masih akan lihat ke depannya saat musim kemarau sudah berjalan steady merata di seluruh Jatim biasanya akan nampak kondisi musim kemarau tahun ini," kata Rendy.
Rendy menegaskan, potensi hujan lebat masih ada di wilayah pesisir atau perairan, terutama saat ada gangguan skala regional seperti MJO dan gelombang rossby.
Ia juga mengatakan, puncak musim kemarau diprediksi akan bervariasi, dengan sebagian besar wilayah Jawa Timur mencapainya pada bulan September, sementara beberapa wilayah lain akan mengalami puncak pada bulan Agustus.
"Dibanding dengan tahun lalu, musim kemarau tahun ini lebih maju sekitar 20 hari," tutur Rendy.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.