MALANG, KOMPAS.com - Video puluhan orang yang menggelar aksi di Balai Desa Kaliasri, Kecamatan Kalipare, Kabupaten Malang, baru-baru ini viral di media sosial.
Dalam video itu, mereka bukan menyampaikan kritik terhadap kebijakan pemerintah desa setempat. Sebaliknya, mereka mendesak agar kepala desa petahana kembali ikut dalam pemilihan kepala desa (pilkades) pada 14 Mei 2023.
Aksi ini digelar lantaran Kades Kaliasri, Gaguk, disebut-sebut tidak mau lagi mencalonkan lagi dalam pilkades. Sementara warga setempat masih menginginkan Gaguk kembali menjabat sebagai Kades Kaliasri.
Dalam video tersebut, Gaguk yang terharu melihat antusias warga akhirnya bersedia kembali mencalonkan diri sebagai Kades Kaliasri.
"Dengan mengucapkan Bismillah, saya siap untuk maju pada periode selanjutnya," demikian Gaguk mengatakan dalam video tersebut.
Baca juga: Kades dan Kadus Gugat Balik Jumirah, Sebut Pernyataannya Fitnah dan Menyudutkan Mereka
Salah satu warga Kaliasri, Heru mengatakan, aksi itu berlangsung pada 22 Februari 2023. Aksi itu merupakan kali kedua dilakukan. Sebelumnya dilakukan pada 13 Januari 2023.
"Aksi itu cara terakhir warga untuk membujuk Pak Gaguk agar mau mencalonkan diri sebagai Kepala Desa Kaliasri," ungkapnya saat ditemui, Rabu (19/4/2023) malam.
Sebab, sebelumnya beberapa warga sudah meminta Gaguk secara langsung untuk mencalonkan sebagai kepala desa, namun ditolak oleh yang bersangkutan.
"Bahkan pada aksi yang pertama, 13 Januari lalu Pak Gaguk juga masih menolak, dengan dalih ingin berembuk dulu dengan keluarganya dan berjanji akan memberi jawaban satu bulan kemudian," tuturnya.
Namun, lanjut Heru setelah satu bulan berselang Gaguk tak kunjung memberikan jawaban. Hingga akhirnya warga kembali menginisiasi aksi demonstrasi.
"Baru pada 22 Februari itu dia akhirnya mau," ujarnya.
Heru menyebutkan, keinginan warga agar Gaguk kembali menjabat sebagai kepala desa untuk periode kedua, lantaran pada periode pertama kepemimpinannya banyak memberi perubahan pada Desa Kaliasri.
"Salah satu wujudnya adalah ketertiban administrasi di lingkukan pemerintah desa, perbaikan jalan, serta adanya pembangunan wisata desa bernama Bedengan," terangnya.
Heru menceritakan, wisata Bedengan sebelumnya adalah sungai biasa dan kumuh, yang berfungsi sebagai saluran irigasi pertanian warga. Di era pemerintahan Gaguk sejak 2017, sungai tersebut disulap sebagai wisata air untuk pemandian dan memancing.
"Yang membuat saya terkesan, dalam proses pembangunan itu Pak Gaguk juga turut serta bekerja bersama warga. Jadi tidak hanya menyuruh saja, tapi juga terjung langsung," jelasnya.