KOMPAS.com - Wakil Ketua DPRD Jawa Timur, STS (Sahat Tua P. Simandjuntak) terjaring operasi tangkap tangan (OTT) pada Rabu (14/12/2022) pukul 20.24 WIB.
Sahat ditangkap di Surabaya, Jawa Timur dan diduga terlibat korupsi penyaluran dana hibah yang bersumber dari APBD Jawa Timur.
Selain Sahat, KPK juga menangkap tiga orang di antaranya adalah tenaga ahli DPRD Jawa Timur dan pihak swasta.
Sahat bukan lah orang baru di dunia politik. Dikutip dari Tribunnews.com, Sahat mulai berproses politik di Partai Golkar sejak 30 tahun lalu.
”Kali pertama saya tertarik di politik ketika saya kuliah di Fakultas Hukum Ubaya (Universitas Surabaya) di tahun 1988,” kata Sahat kepada Surya.co.id ketika ditemui di ruangan kerjanya pada Kamis (3/10/2022) sore.
Ia mengaku ketertarikannya dengan politik tak lepas dari peran dua dosennya yakni Martono dan Anton Prijatno.
Baca juga: Wakil Ketua DPRD Jatim Tiba di Gedung KPK, Begini Penampakannya
Martono pernah menjadi Ketua DPD Partai Golkar Jatim, sedangkan Anton pernah menjadi Anggota DPR RI juga dari Partai Golkar.
”Saya terus terang tertarik dengan kedua figur ini. Mulai dari keilmuannya, penyampaian di depan mahasiswa, hingga pemikiran beliau,” kata Sahat yang sudah menjabat sebagai anggota dewan selama tiga periode.
Ia kerap berdikusi dengan seniornya dan ia pun dipercaya sebagai Ketua Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi (SMPT) Ubaya pada 1990.
”Saat itu, saya menjabat di periode pertama. Kalau sekarang istilahnya Presiden BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa),” katanya.
Tak hanya aktif kegiatan kampus, Sahat Tua Simanjuntak juga mengaku telah bergabung dengan Golkar sejak 1990.
Baca juga: Usai OTT KPK di Surabaya, 3 Ruangan di DPRD Jatim Disegel
Saat itu, ia masuk di DPD II Partai Golkar Surabaya menduduki Biro Hukum.
Tak hanya aktif kegiatan kampus, Sahat Tua Simanjuntak juga mengaku telah bergabung dengan Golkar sejak 1990. Ia masuk di DPD II Partai Golkar Surabaya menduduki Biro Hukum.
Ia juga aktif di Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI) yang juga Trikarya Golkar, hingga di Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI).
”Pada tahun 1992, saya ikut mengampanyekan Pak Anton Prijatno yang saat itu nyaleg. Itu kali pertama saya turun di Pileg (Pemilu Legislatif), sekalipun baru sebagai tim kampanye,” kata dia.