PONOROGO, KOMPAS.com - Sekitar 260 warga Desa Talun, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, yang terdampak tanah retak masih bertahan di tempat pengungsian. Mereka masih menunggu hasil pemeriksaan tim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) terkait retakan tanah di sekitar Gunung Banyon.
Kepala Bidang Kedarutatan dan Logistik Badan Penanggulangan dan Penanganan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Ponorogo, Surono, mengatakan, sekitar 260 warga terdampak tanah retak masih bertahan di lokasi pengungsian.
“Ini masih di pengungsian. Namun, bagi pria dewasa biasanya kalau pagi pulang ke rumah karena mereka punya ternak yang butuh makan. Sementara anak-anak, lansia dan perempuan tetap tinggal di tempat pengungsian,” ujar Surono saat dikonfirmasi Kompas.com, Rabu (26/10/2022).
Baca juga: Panik Dengar Suara Gemuruh Longsor, 260 Warga di Ngebel Ponorogo Mengungsi
Surono mengatakan, kondisi seluruh pengungsi sehat. Sebab, petugas Puskesmas Ngebel terus bersiaga di tempat pengungsian. Selain itu, kebutuhan makan dan minum sudah dijamin oleh Pemkab Ponorogo dengan mendirikan dapur umum.
Untuk memastikan aman dan tidaknya warga kembali bermukim di rumah, pihaknya masih menunggu pemeriksaan lokasi tanah retak yang dilakukan tim PVMBG pada 7 November 2022 mendatang.
“Pengungsi nanti akan kembali ke permukiman setelah ada analisis dari tim PVMBG,” tutur Surono.
Baca juga: Terdampak Tanah Bergerak, 80 Warga Desa Sriti-Ponorogo Mengungsi ke Pasar
Kendati sudah dinyatakan aman dihuni bila terjadi hujan dengan intensitas tinggi dan waktu lama, warga diimbau tetap mengungsi di malam hari sebagai antisipasi.
Surono menuturkan, ratusan warga diungsikan ke tempat aman lantaran diprediksi dampak bencananya akan lebih besar dari yang terjadi di Banaran, Kecamatan Pulung.
Untuk diketahui, lima tahun lalu, tepatnya pada 1 April 2017, sebanyak 28 orang tertimbun tanah longsor di Dusun Talun, Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo.
“Kalau di Talun ini diprediksi lebih besar dari Banaran itu. Baik dari segi jumlah maupun yang terdampak,” jelas Surono.