SURABAYA, KOMPAS.com - Sumiati (38), mengeluhkan bantuan sebesar Rp 400.000 dari Polres Bangkalan sebagai ganti rugi rumahnya yang terdampak ledakan pemusnahan petasan di Bangkalan, Jawa Timur.
Menurutnya, nominal bantuan tersebut tak akan cukup untuk memperbaiki tembok rumahnya yang retak dan atap asbes yang hancur akibat ledakan.
"Ini kalau dibilang cukup, ya pasti nggak cukup. Belum beli bahannya, belum ongkos tukangnya," ujar Sumiati, Senin (18/4/2022).
Baca juga: Puluhan Rumah Rusak gara-gara Pemusnahan Petasan di Bangkalan, Kompolnas: Kapolres Harus Minta Maaf
Ia mengaku kecewa atas penempatan lokasi pemusnahan yang relatif sangat dekat dengan pemukiman warga dan tidak ada pemberitahuan terlebih dahulu.
"Kok bisa ditempatkan di situ. Ke samping utara banyak rumah warga, samping selatan apa lagi," cetus dia.
Sumiati menuturkan, sempat mengira ledakan tersebut berasal dari kompor gas yang meledak.
Hingga saat ledakan kedua, rumahnya langsung bergetar dan atap asbesnya hancur.
"Saya sedang masak saat itu, dikira kompor punya tetangga, ternyata sampai begitu. Kaget saya langsung keluar rumah dulu," tutur dia.
Baca juga: Ini Kondisi Plafon Sekolah Terdampak Ledakan Pemusnahan Petasan di Bangkalan
Pengakuan lainnya dari warga tetangga Kecamatan Kota Bangkalan, Sofiullah (32) warga Burneh, mengaku saat kejadian dirinya sedang beristirahat dirumahnya.
Getaran ledakan dirasakan hingga radius 5 kilometer lebih.
"Itu kerasa sampeai kerumah saya, padahal saya jauh banget. Saya kira Bangkalan diguncang gempa," kata Sofi.
Sofi juga tidak habis pikir mengapa pemusnahan bahan itu harus diledakan.
"Coba kalau direndam saja ya, bukan kayak gini, pasti nggak ada imbas," ucapnya.
Sementara itu, Fathur Rosi (37) warga Kampung Bhejik, Kelurahan Bancaran, Kota Bangkalan, mengaku pasrah menerima bantuan dari Polres Bangkalan.
Rumah Fathur mengalami rusak di bagian plafon di kamar tidur dan ruang tamunya serta kaca bagian depan.