Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita "Mak Comblang" Sanusi di Blitar: Katanya Orang Sekarang Bisa Cari Jodoh Lewat Ponsel

Kompas.com - 16/11/2021, 05:52 WIB
Dheri Agriesta

Editor

KOMPAS.com - Sanusi (79), baru tiga bulan membuka layanan biro jodoh di rumahnya, Desa Sidodai, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.

Meski begitu, pengalaman Sanusi sebagai "mak comblang" sudah sohor di wilayah Kabupaten Blitar, khususnya bagi warga Kecamatan Garum.

Kebiasaan menjodohkan orang itu menjadi semacam profesi sampingan yang diakui keberadaannya dalam kehidupan sosial masyarakat, termasuk di Blitar.

Berkat keahlian Sanusi menjodohkan orang, kakek 79 tahun itu tak hanya mendapatkan keuntungan ekonomi. Ia juga mendapat posisi khusus di tatanan sosial masyarakat.

Kemampuan sebagai "mak comblang" tak begitu saja didapat Sanusi. Butuh proses yang panjang untuk sampai di posisinya sekarang.

Sanusi memang dikenal sebagai sosok yang supel dan mudah bergaul. Pengalamannya merantau ke sejumlah daerah di Sumatera hingga Kalimantan membuatnya gampang bergaul dengan orang baru.

Sanusi juga cukup dikenal masyarakat Kecamatan Garum karena pernah bekerja sebagai tukang bangunan dan tukang ojek di Pasar Kutukan yang berjarak 500 meter dari rumahnya.

Aktivitas menjodohkan orang mulai sering dilakukan Sanusi saat bekerja sebagai tukang ojek. Biasanya, Sanusi berbincang dengan penumpang di perjalanan.

Tak jarang, Sanusi mendengar curhat penumpang tentang anak perempuan mereka yang belum mendapat jodoh.

Baca juga: Dilihat Dulu Fotonya, kalau Cocok Dibalik, di Belakang Ini Ada Nama dan Nomor Telepon Pemilik Foto

Selain menjodohkan orang, Sanusi juga memberikan wejangan dan amalan kepada orang yang mencari jodoh. Amalan itu seperti sejumlah ayat Al-Quran yang harus dibaca usai shalat malam.

Dulu, jasa "mak comblang" laris manis. Ia bahkan pernah diusir dari rumah oleh istrinya yang cemburu.

Saat itu, sang istri cemburu melihat Sanusi sering membonceng perempuan dan melintas di depan rumah.

Padahal, perempuan yang dibonceng Sanusi merupakan penumpang atau klien yang hendak dipertemukan dengan pria yang mencari jodoh.

Seiring waktu, zaman berubah, teknologi kian maju. Peran "mak comblang" secara tidak langsung mulai digantikan oleh aplikasi yang tersedia di ponsel pintar.

Sanusi yang buta huruf tak memahami betul bagaimana teknologi bisa meluruhkan perannya sebagai "mak comblang". Namun, Sanusi merasakan dampaknya.

Beberapa tahun terakhir, ia mulai jarang mendapatkan permintaan perjodohan.

"Katanya orang sekarang bisa cari jodoh lewat HP (ponsel)," kata Sanusi saat berbincang di teras rumahnya, Sabtu (14/11/2021).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pabrik Sepatu Pailit, Nasib 395 Buruh di Kabupaten Madiun Terkatung-katung karena Tunggakan Gaji Tak Kunjung Dibayar

Pabrik Sepatu Pailit, Nasib 395 Buruh di Kabupaten Madiun Terkatung-katung karena Tunggakan Gaji Tak Kunjung Dibayar

Surabaya
Motif Suami di Malang Aniaya Istri yang Hamil, Tak Terima Korban Bertemu Teman Masa Sekolah

Motif Suami di Malang Aniaya Istri yang Hamil, Tak Terima Korban Bertemu Teman Masa Sekolah

Surabaya
Prakiraan Cuaca Malang Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Malang Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Surabaya
Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah

Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah

Surabaya
Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Surabaya
2 Personel Kepolisian di Lamongan Diberhentikan dengan Tidak Hormat

2 Personel Kepolisian di Lamongan Diberhentikan dengan Tidak Hormat

Surabaya
Kisah Perjuangan Seorang Petani di Banyuwangi Kenalkan Metode Hitung Cepat untuk Pendidikan Anak-anak Desa

Kisah Perjuangan Seorang Petani di Banyuwangi Kenalkan Metode Hitung Cepat untuk Pendidikan Anak-anak Desa

Surabaya
Polisi Identifikasi Kelompok Anarko Saat Aksi May Day di Surabaya

Polisi Identifikasi Kelompok Anarko Saat Aksi May Day di Surabaya

Surabaya
Soal Dugaan ODGJ 'Dijual' di Jember, Camat: Tidak seperti Itu

Soal Dugaan ODGJ "Dijual" di Jember, Camat: Tidak seperti Itu

Surabaya
Mari Bantu Nenek Hotipah dan Putriya yang Hidup Sebatang Kara di Gubuk Reyot, Tidur Beralaskan Tikar

Mari Bantu Nenek Hotipah dan Putriya yang Hidup Sebatang Kara di Gubuk Reyot, Tidur Beralaskan Tikar

Surabaya
Golkar Siapkan Menantu Soekarwo untuk Pilkada Surabaya

Golkar Siapkan Menantu Soekarwo untuk Pilkada Surabaya

Surabaya
Sopir Mengantuk, Mobil Rombongan Keluarga dari Blora Terperosok ke Saluran Irigasi di Magetan

Sopir Mengantuk, Mobil Rombongan Keluarga dari Blora Terperosok ke Saluran Irigasi di Magetan

Surabaya
Suami di Kota Malang Aniaya Istri yang Mengandung 4 Bulan

Suami di Kota Malang Aniaya Istri yang Mengandung 4 Bulan

Surabaya
BMKG Sebut Wilayah Jatim Panas Bukan karena Fenomena 'Heat Wave'

BMKG Sebut Wilayah Jatim Panas Bukan karena Fenomena "Heat Wave"

Surabaya
Kisah Ilun, Cari Rongsokan Sepulang Sekolah untuk Bantu Orangtua

Kisah Ilun, Cari Rongsokan Sepulang Sekolah untuk Bantu Orangtua

Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com