SURABAYA, KOMPAS.com - Sebagai wujud respons cepat atas terjadinya bencana di Sumatera, Universitas Airlangga (Unair) kembali mengirimkan relawannya.
Rektor Unair secara simbolis melepas keberangkatan relawan UNAIR pada Rabu (10/12/2025), di Ruang Balai RUA, lt 4 Kantor Manajemen Kampus MERR-C.
Relawan yang tergabung dalam Tim Tanggap Darurat Bencana Sumatra tersebut terdiri dari berbagai unsur.
Di antaranya, relawan Rumah Sakit Kapal Ksatria Airlangga (RSKKA), Fakultas Kedokteran (FK), Fakultas Sains dan Teknologi (FST), Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin (FTMM), serta Lembaga Pengabdian Masyarakat Berkelanjutan (LPMB).
Baca juga: Tim Dokter Unair Bantu 3 Operasi Darurat Korban Banjir di RSUD Cut Meutia Aceh
Tim ini akan menyusul relawan Unair lainnya yang telah tersebar di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat sejak Kamis, 4 Desember 2025.
Dalam pelepasan relawan tersebut, Rektor Unair, Muhammad Madyan mengatakan bahwa Unair sebagai perguruan tinggi memiliki andil besar dalam membantu meringankan korban bencana di pulau Sumatera.
“Hal tersebut selaras dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yang tidak hanya mewajibkan perguruan tinggi menjalankan peran di bidang pendidikan dan riset, tetapi juga pengabdian masyarakat,” kata Madyan.
Lebih lanjut, Prof Madyan menyebut bahwa Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Mendiktisaintek) mengapresiasi kontribusi perguruan tinggi yang telah membantu korban bencana longsor dan banjir bandang di Sumatera.
“Kementerian (kemdiktisaintek) sangat mengharapkan uluran tangan dari perguruan tinggi. Dan alhamdulillah Unair telah melakukan itu dari Kamis dan juga sudah menjalankan tugasnya menangani ratusan pasien,” ujarnya.
Madyan pun berpesan kepada para relawan untuk menjaga kesehatan dan menjaga nama baik almamater.
Dia juga mengingatkan perihal potensi perbedaan kultur atau budaya yang akan menjadi salah satu tantangan yang harus dihadapi relawan.
Oleh karenanya, dia mengimbau seluruh relawan dari Unair untuk senantiasa menjaga etika selama bertugas.
“Aceh, Sumatra memiliki kultur yang berbeda dengan kita. Pesan saya, jaga etika saat bertugas. Sehingga kalau kita masuk di sana juga harus menjaga etika, saya rasa itu juga sangat penting,” katanya.
Madyan menekankan agar para relawan tidak hanya melihat tugas ini dari segi materi. Tetapi, bentuk pengabdian untuk bisa meringankan korban bencana banjir bandang dan tanah longsor di Pulau Sumatra.
“Sekali lagi saya ucapkan selamat jalan. Mudah-mudahan kehadiran saudara bisa meringankan korban. Dan kami harap, ini jangan dinilai dari segi materi. Ini adalah pengabdian,” pungkasnya.
Ulurkan tanganmu membantu korban banjir di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Di situasi seperti ini, sekecil apa pun bentuk dukungan dapat menjadi harapan baru bagi para korban. Salurkan donasi kamu sekarang dengan klik di sini