“Kadang aku bawa pulang Rp 150.000. Tapi, kemarin cuma Rp 65.000. Jalan dua jam rasanya nangis, Mbak," katanya lagi pelan.
Namun, perasaan sedih kadang juga menghampirinya saat pisau cukur dan korek yang dibawanya masih banyak.
“Kalau sepi itu rasanya capek sekali, campur sedih. Tapi ya disyukuri. Rezeki kan beda-beda.” ujarnya berusaha menenangkan diri sendiri.
Risma menceritakan, dia berangkat berjualan setelah mengantar dua anaknya yang berusia 7 dan 6 tahun ke sekolah.
Selesai memasak dan membereskan rumah, dia diantarkan oleh suami dari Made Barat menuju area Lakarsantri, titik yang dianggap paling “aman” dari persaingan pedagang keliling lain.
Pukul 11 siang, dia biasanya mulai menawarkan barang yang sama setiap hari.
Risma bekerja rata-rata tiga jam per hari. Setelah itu, dia pulang sebelum anak-anak kembali dari sekolah.
Kemudian, sore hingga malam hari, di habiskan untuk mendampingi kedua anaknya belajar, bermain, atau sekadar duduk bersama.
“Kalau lihat senyum mereka, capekku rasanya langsung hilang, Mbak. Sumber kekuatanku ya anak. Enggak ada yang lain," katanya terdiam sejenak.
“Kadang pengen nyerah. Tapi demi anak harus kuat. Mereka itu yang bikin aku jalan terus.” ujar Risma melanjutkan dengan mata yang mulai berkaca-kaca
Baca juga: Kisah Ibu Kepsek Nurfitriah, Tempuh Perjalanan 60 Km ke Sekolah hingga Jualan Online
Meski sudah terbiasa, menawarkan barang dagangan kepada laki-laki di pinggir jalan bukan pekerjaan yang mudah bagi Risma.
Dia harus pintar membawa diri sekaligus membela diri dengan banyaknya karakter pria yang ditemui di jalan.
“Ada yang sopan, tapi ada yang tidak sopan sama sekali. Ada yang bilang, ‘Aku enggak mau beli barangmu, aku mau beli kamu'. Ya aku jawab, ‘Yang dijual barangnya, Pak. Orangnya nggak dijual'," cerita Risma
Dia tersenyum kecil mengingatnya, tetapi sorot matanya menunjukkan bahwa pengalaman itu jauh dari menyenangkan.
“Kalau enggak berani nawarin ke cowok-cowok, ya nggak bakal laku. Tantangannya itu," ujarnya.
Baca juga: Erupsi Gunung Ibu di Halmahera Barat Tak Berdampak pada Aktivitas Warga