Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Ibu Risma, Sarjana Hukum yang Berjualan Pisau Cukur demi Masa Depan Anak

Kompas.com, 5 Desember 2025, 18:04 WIB
Adinda Trisaeni Nur Sabrina,
Novianti Setuningsih

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - “Pak, pisau cukur tiga dapat satu korek, sepuluh ribu saja,” kata seorang perempuan kepada setiap pengendara sepeda motor yang berhenti di Jalan Menganti atau laki-laki yang tengah nongkrong di warung pinggir jalan.

Perempuan yang tampak lincah bergerak itu bernama Prisma Wijayanti, 35 tahun, akrab dipanggil Risma.

Menariknya, ibu dari dua anak tersebut mengaku lulusan sarjana hukum dari Universitas Wijaya Putra.

Namun, Risma mengatakan, belum pernah bekerja sesuai dengan jurusan yang dipelajarinya sewaktu kuliah.

"Saya sarjana hukum, tapi sekarang ya saya kerja apa saja buat tutup kebutuhan rumah tangga,” katanya sambil tersenyum saat berbincang dengan Kompas.com, Jumat (5/12/2025).

Baca juga: Dulu Anak Panti Asuhan Kini Jadi Ibu bagi 10 Anak Asuh, Kisah Hidup Umi Fadilah

Risma menceritakan, dia pernah bekerja sebagai marketing di beberapa perusahaan dan bank saat masih kuliah. Setelah menikah, dia menjadi ibu rumah tangga. 

Namun, Pandemi Covid-19 yang menghantam Indonesia pada tahun 2021, membuat Risma harus bekerja untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga.

Pasalnya, sang suami yang bekerja di Rumah Sakit (RS) Dr Soetomo berhenti bekerja karena khawatir anaknya yang masih kecil terpapar virus corona.

Menurut Risma, suaminya berganti profesi menjadi sopir taksi. Sedangkan dirinya mulai jadi pekerja borongan yang dikejar target.

"Pendapatan suami kadang cukup, kadang kurang. Kekurangannya ya aku. Demi anak,” ucapnya dengan suaranya bergetar lalu mengusap mata dengan ujung hijabnya.

Namun, menjadi pekerja borongan tidak mudah bagi Risma. Dia kerap pulang malam untuk memenuhi target.

Setelah satu tahun, Risma akhirnya memilih untuk berjualan pisau cukur dan korek api secara mandiri dengan modal kecil dari agen.

Baca juga: 3 Generasi Penjaga Rasa, Kisah Nasi Cumi Ibu Atun di Pasar Atom Surabaya

Demi Anak meski Penghasilan Tak Menentu

Berjualan pisau cukur dan korek api bukanlah hal mudah karena penghasilannya tidak menentu. Tetapi, Risma tidak menyerah, dia selalu mengingat kedua anaknya di rumah.

Tidak sedikit pengendara yang ditawari pisau cukur menggeleng atau hanya tersenyum kecil. Belum lagi, dia harus berjuang melawan asap kendaraan dan teriknya matahari Surabaya saat siang hari.

“Namanya kerja, Mbak, kadang ramai, kadang sepi," ujar Risma dengan raut wajah tenang.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau