Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dulu Anak Panti Asuhan Kini Jadi Ibu bagi 10 Anak Asuh, Kisah Hidup Umi Fadilah

Kompas.com, 4 Desember 2025, 18:31 WIB
Azwa Safrina,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Di tengah hiruk-pikuk Kota Surabaya, ada sebuah rumah sederhana bernama Panti Asuhan Ulul Azmi yang menyimpan cerita tentang seorang ibu bernama Umi Fadilah (29).

Ia bukan hanya ibu dari satu anak kandungnya, tapi juga ibu bagi 10 anak laki-laki asuh yang kini tinggal bersamanya.

Bagi mereka, Umi adalah pelukan hangat yang menggantikan rindu pada ibu kandung yang jauh di sana.

Kisah Umi dimulai di tahun 2009, saat ia masih duduk di bangku SMP kelas VII di Ngawi, Jawa Timur.

Baca juga: Kisah Hadijah, Ibu Disabilitas Fisik yang Kuliahkan Anak di Universitas Negeri dari Bekerja PRT hingga Tukang Pijat

Orangtuanya bertanya ringan, “Mau enggak sekolah di pondok pesantren?” Dengan polosnya, Umi menjawab mau. Ia tak tahu bahwa “pondok pesantren” yang dimaksud adalah panti asuhan.

“Saya baru sadar setelah sampai di sini, ternyata ini panti asuhan,” kenangnya sambil tersenyum kecil, Rabu (3/12/2025).

Awalnya ia menolak menerima kenyataan. “Saya kan masih punya bapak-ibu lengkap, kok malah dikirim ke panti asuhan?” gumamnya dalam hati.

Namun, seorang teman menepuk bahunya pelan, “Mungkin karena bapak-ibu lagi susah, harus biayain adik-adikmu juga.”

Kata-kata itu perlahan meresap. Sebulan kemudian, Umi sudah menemukan rumah baru di antara tawa dan tangis anak-anak panti.

Baca juga: 2 Kali Ditinggal Wafat Suami, Ibu Penjual Kenari Berhasil Sarjanakan 7 dari 9 Anaknya

Hari-harinya dipenuhi aturan ketat: setiap hari harus setor hafalan surat pendek, boleh pulang hanya saat Idul Fitri dan Idul Adha, serta dilarang memakai ponsel.

Tapi rindu tetap datang. “Kalau kangen banget, saya pinjam HP teman diam-diam,” akunya sambil tertawa. “Ada yang baik, bilang ‘pakai aja, aku enggak lapor kok’.”

Enam tahun berlalu. Tahun 2015, Umi memutuskan keluar dari panti. Ia bekerja sebagai petugas tiket tol, kemudian berpindah-pindah ke toko baju.

Hidup mulai terasa biasa—sampai tahun 2020 ia menikah, dan setahun kemudian, pemilik Panti Asuhan Ulul Azmi memintanya kembali, kali ini bukan sebagai anak asuh, melainkan sebagai pengurus.

“Awalnya cuma bantu-bantu, tapi lama-lama saya pikir daripada bolak-balik, mending tinggal di sini sekalian,” ceritanya.

Kini, rumah mungil di dalam komplek panti itu menjadi tempat tinggal Umi, suami, putri kecilnya, dan 10 anak laki-laki asuh yang memanggilnya “Umi” dengan penuh sayang.

Baca juga: Kisah Ibu Kepsek Nurfitriah, Tempuh Perjalanan 60 Km ke Sekolah hingga Jualan Online

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau