SURABAYA, KOMPAS.com - Di tengah hiruk-pikuk Kota Surabaya, ada sebuah rumah sederhana bernama Panti Asuhan Ulul Azmi yang menyimpan cerita tentang seorang ibu bernama Umi Fadilah (29).
Ia bukan hanya ibu dari satu anak kandungnya, tapi juga ibu bagi 10 anak laki-laki asuh yang kini tinggal bersamanya.
Bagi mereka, Umi adalah pelukan hangat yang menggantikan rindu pada ibu kandung yang jauh di sana.
Kisah Umi dimulai di tahun 2009, saat ia masih duduk di bangku SMP kelas VII di Ngawi, Jawa Timur.
Orangtuanya bertanya ringan, “Mau enggak sekolah di pondok pesantren?” Dengan polosnya, Umi menjawab mau. Ia tak tahu bahwa “pondok pesantren” yang dimaksud adalah panti asuhan.
“Saya baru sadar setelah sampai di sini, ternyata ini panti asuhan,” kenangnya sambil tersenyum kecil, Rabu (3/12/2025).
Awalnya ia menolak menerima kenyataan. “Saya kan masih punya bapak-ibu lengkap, kok malah dikirim ke panti asuhan?” gumamnya dalam hati.
Namun, seorang teman menepuk bahunya pelan, “Mungkin karena bapak-ibu lagi susah, harus biayain adik-adikmu juga.”
Kata-kata itu perlahan meresap. Sebulan kemudian, Umi sudah menemukan rumah baru di antara tawa dan tangis anak-anak panti.
Baca juga: 2 Kali Ditinggal Wafat Suami, Ibu Penjual Kenari Berhasil Sarjanakan 7 dari 9 Anaknya
Hari-harinya dipenuhi aturan ketat: setiap hari harus setor hafalan surat pendek, boleh pulang hanya saat Idul Fitri dan Idul Adha, serta dilarang memakai ponsel.
Tapi rindu tetap datang. “Kalau kangen banget, saya pinjam HP teman diam-diam,” akunya sambil tertawa. “Ada yang baik, bilang ‘pakai aja, aku enggak lapor kok’.”
Enam tahun berlalu. Tahun 2015, Umi memutuskan keluar dari panti. Ia bekerja sebagai petugas tiket tol, kemudian berpindah-pindah ke toko baju.
Hidup mulai terasa biasa—sampai tahun 2020 ia menikah, dan setahun kemudian, pemilik Panti Asuhan Ulul Azmi memintanya kembali, kali ini bukan sebagai anak asuh, melainkan sebagai pengurus.
“Awalnya cuma bantu-bantu, tapi lama-lama saya pikir daripada bolak-balik, mending tinggal di sini sekalian,” ceritanya.
Kini, rumah mungil di dalam komplek panti itu menjadi tempat tinggal Umi, suami, putri kecilnya, dan 10 anak laki-laki asuh yang memanggilnya “Umi” dengan penuh sayang.
Baca juga: Kisah Ibu Kepsek Nurfitriah, Tempuh Perjalanan 60 Km ke Sekolah hingga Jualan Online