Editor
Menurut dokter yang menanganinya, jika tidak kuat resiko tidak sadarkan diri hingga stroke karena terlalu banyak sengatan.
Serangan kedua, Jajak menerima 2 sengatan di bagian pelipis yang memaksanya kembali mendapatkan perawatan.
Serangan ketiga, Jajak menerima 3 sengatan di bagian tangan, namun kali ini ia memilih untuk tidak berobat karena merasa lebih tahan.
“Ditahan saja meski nyut-nyutan. Besoknya sudah sembuh, hanya sedikit rasa sakit,” katanya.
Baca juga: Semangat Petugas Damkar Probolinggo, Pantang Pulang Sebelum Padam meski Status Masih Honorer
Jajak tidak sendirian karena banyak anggota Damkar yang pernah merasakan sengatan beracun tawon vespa.
Menurut Kasi Penyelamatan dan Evakuasi Damkarmat Tulungagung, Iwan Supriyono, sengatan ini salah satunya karena APD kurang memadai.
Seharusnya APD untuk evakuasi tawon vespa menggunakan bahan karet atau kulit.
Ia menjelaskan, tawon ini butuh pegangan untuk kaki depannya sebelum menancapkan sengat di bagian ujung ekor.
Dengan bahan karet, maka kedua kaki depan tawon tidak bisa berpegangan sehingga tidak bisa menancapkan sengatnya.
Sementara APD dengan bahan kulit akan menahan sengatan tawon vespa.
“Kalau APD kain, setebal kain jins pun tetap bisa tembus. APD yang ada saat ini masih berbahan kain,” ungkapnya.
Kabid Pemadaman dan Penyelamatan Damkarmat Tulungagung, Artista Nindya Putra membenarkan, pengobatan sengatan tawon vespa selama ini dilakukan secara mandiri.
Ia menjelaskan, untuk injeksi dan obat setidaknya membutuhkan biaya sekitar Rp 180.000.
Sementara agar bisa diklaimkan BPJS Kesehatan, harus rawat inap di rumah sakit.
“Kena sengatan tawon saja masa harus rawat inap. Kalau rawat inap, keluarga juga repot menunggui,” jelas Genot, panggilan akrabnya.
Baca juga: Cerita Dayat 30 Tahun Jadi Petugas Damkar Situbondo, Evakuasi Buaya yang Paling Ekstrem