Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Utamakan Penyelamatan, Damkar Surabaya Rela Tahan Buka Puasa sampai Lupa Siram Toilet

Kompas.com, 3 Desember 2025, 05:08 WIB
Izzatun Najibah,
Aloysius Gonsaga AE

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Petugas Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Kota Surabaya spontan meninggalkan aktivitas apabila sirine panggilan penanganan sudah berbunyi.

Petugas damkar dikenal kecepatannya dalam menangani berbagai masalah, tidak hanya memadamkan api tetapi juga evakuasi hewan liar maupun mobil terperosok.

DPKP Pemkot Surabaya telah menetapkan batal maksimal petugas tiba di lokasi kebakaran hanya 6,5 menit. Otomatis, petugas dituntut serba cepat untuk bersiap dan meluncur.

Seorang tim rescue DPKP Surabaya, Abdul Aziz (33) mengaku sedang buang air besar di kamar mandi dan tiba-tiba sirine berdering. Ia langsung buru-buru meninggalkan toilet tanpa disiram.

Baca juga: Semangat Petugas Damkar Probolinggo, Pantang Pulang Sebelum Padam meski Status Masih Honorer

“Tinjanya belum saya siram, langsung lari yang penting sudah cebok. Endingnya disiram sama pak kepala,” kata Aziz disambut gelak tawa.

Setiap petugas yang sedang berjaga, mereka masing-masing mengantongi handy talky (HT) sebagai alat komunikasi dan koordinasi dalam tim apabila ada kejadian kebakaran atau lainnya. HT itu, bahkan wajib dibawa meskipun sedang beribadah.

Petugas rescue lainnya, Elfanio (34) bilang bahwa kadang panggilan kejadian kebakaran muncul saat mereka sedang shalat. Mereka terpaksa membatalkan shalat dan lari sekencang mungkin.

“Kalau shalat Jumat di masjid, kami selalu mengambil barisan paling belakang. Jadi kalau ada panggilan langsung bisa lari,” ucap Elfanio.

Baca juga: Cerita Dayat 30 Tahun Jadi Petugas Damkar Situbondo, Evakuasi Buaya yang Paling Ekstrem

Tidak jarang saat petugas sedang bersantai rebahan atau menikmati lezatnya mie instan yang baru saja disajikan tapi tiba-tiba sirine panggilan kejadian berdering.

“Kadang pas enak-enak lagi makan atau ngopi ya sudah langsung ditinggal. Kalau makannya sempat dibawa ya kita makan sebisanya di mobil. Kadang ini sampai gak jelas bentuknya karena lupa diminum setelah ditinggal,” celetuknya.

Bahkan, saat bulan ramadhan, menangani kejadian kebakaran akan lebih diutamakan ketimbang lebih dulu membatalkan puasa saat sudah memasuki waktu berbuka.

Api tak bisa ditunggu, tapi lapar bisa ditahan.

“Waktu bulan puasa, ada kebakaran di Mall Tunjungan. Kami tahan sampai proses penanganan selesai baru buka puasa atau makan seadanya di mobil,” ujarnya.

Baca juga: Viral Aksi Petugas Damkar Sidoarjo Evakuasi Ular dari Kamar Tidur Warga, Butuh 1 Jam

“Kami bahkan baru batalin puasa jam 11 malam waktu itu,” timpal Viki, petugas rescue lainnya.

Hal itu dilakukan oleh petugas damkar karena bagian dari tanggung jawab pekerjaan dan moral. Sebab, setiap unit telah dibagi untuk jadwal jaga petugas.

Viki bilang, meski petugas mendapat banyak tekanan baik di kantor maupun di lapangan oleh banyak pihak, mereka ingin melaksanakan tugas dengan tenang.

“Karena mindset kita kalau kerja itu niatnya seperti main. Jadi enjoy ketemu teman, percaya diri dan nyaman aja,” pungkasnya

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar yang Curi Perhiasan Emas Bergaji Rp 3 Juta Lebih
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar yang Curi Perhiasan Emas Bergaji Rp 3 Juta Lebih
Surabaya
Syukur Aziz Jalani Hidup dengan Upah Rp 1.300 per Barang sebagai Kurir Paket
Syukur Aziz Jalani Hidup dengan Upah Rp 1.300 per Barang sebagai Kurir Paket
Surabaya
Hujan Deras, Tanah Longsor Timpa Rumah Warga di Madiun
Hujan Deras, Tanah Longsor Timpa Rumah Warga di Madiun
Surabaya
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar Jual Emas Curian untuk Beli Ponsel dan Cincin
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar Jual Emas Curian untuk Beli Ponsel dan Cincin
Surabaya
3 Bulan 111 Siswa SDN Tamberu 2 Telantar di Tenda, Solusi Bangun Gedung Baru
3 Bulan 111 Siswa SDN Tamberu 2 Telantar di Tenda, Solusi Bangun Gedung Baru
Surabaya
Pemkot Surabaya Berencana Bongkar Kampung Taman Pelangi Bulan Ini
Pemkot Surabaya Berencana Bongkar Kampung Taman Pelangi Bulan Ini
Surabaya
Hama Anjing Tanah Serang Tanaman Padi di Sumenep, Petani Merugi
Hama Anjing Tanah Serang Tanaman Padi di Sumenep, Petani Merugi
Surabaya
Beda Kecepatan, Proses Hukum Ambruknya Ponpes Al Khoziny Vs Kebakaran Terra Drone
Beda Kecepatan, Proses Hukum Ambruknya Ponpes Al Khoziny Vs Kebakaran Terra Drone
Surabaya
Air Pasang Laut Perparah Kondisi Banjir 5 Kecamatan di Sidoarjo
Air Pasang Laut Perparah Kondisi Banjir 5 Kecamatan di Sidoarjo
Surabaya
Cerita Kurir Paket di Sumenep, Bawa Marmut, Ikan Hidup, hingga Besi 3 Meter
Cerita Kurir Paket di Sumenep, Bawa Marmut, Ikan Hidup, hingga Besi 3 Meter
Surabaya
Kisah Akbar, Mahasiswa yang Menyambi Kerja Jadi Kurir Tiga Lini
Kisah Akbar, Mahasiswa yang Menyambi Kerja Jadi Kurir Tiga Lini
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau