MALANG, KOMPAS.com - Bagi Setyo Adi Prastowo, hidup adalah perjalanan tentang bersyukur dan memaknai setiap kesempatan yang datang.
Ia yang pernah merumput bersama Persekam Metro FC di kompetisi kasta kedua Indonesia kini mengabdi sebagai pegawai Pemadam Kebakaran (Damkar) Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Jejak dari Lapangan Hijau ke Barak Damkar
Seperti diketahui, ia merupakan satu dari delapan mantan pemain Persekam Metro FC yang berada di garis depan sebagai pekerja yang menuntut keberanian sekaligus ketulusan.
Transformasi ini bermula dari kebijakan klub pada tahun 2013–2014 yang memberikan kesempatan pekerjaan di pemerintahan bagi para pemain bola.
“Sebenarnya kan itu penghargaan dari Kabupaten Malang karena sudah membantu mengangkat nama Kabupaten Malang. Ini rezeki karena tidak semua pesepakbola mendapat kesempatan yang sama," ujar pria yang biasa disapa Prastowo itu kepada Kompas.com.
"Dulu waktu mengikuti SSB saya melihat pemain Persema sambil main bola kerja di pemerintahan, ‘enak mungkin ya’, itu yang membuat penyemangat apakah suatu hari nanti akan merasakannya,” imbuhnya.
Seiring berjalannya waktu ia tidak menyangka doa itu dijawab begitu cepat. Bukan hanya diberi kesempatan bekerja di pemerintahan, ia bisa menjalani keduanya menjadi pesepak bola sekaligus pegawai honorer selama hampir delapan tahun.
“Alhamdulilah diberi kesempatan yang sama bermain bola sambil kerja, kalau kompetisinya jalan main sepak bola tapi bekerja sekali-sekali absen datang ke kantor,” ujarnya lagi.
Persekam, Penghargaan, dan Jalan Menuju Damkar
Setyo Adi Prastowo bergabung dengan Persekam Metro FC pada 2011 hingga 2018. Salah satu momen membanggakan dalam kariernya datang di tahun 2012 ketika ia menerima penghargaan dari Kabupaten Malang.
Ketika mendapat tawaran untuk bekerja, ia tidak pernah membayangkan akan ditempatkan di unit yang begitu asing hingga sampai ketitik diangkatnya dalam P3K gelombang kedua di Kabupaten Malang tahun 2023 lalu.
Setyo Adi Prastowo, mantan pemain Persekam Metro FC, kini menjadi salah satu petugas pemadam kebakaran (Damkar) Kabupaten Malang yang juga sebagai pelatih sekolah sepak bola.Sebelumnya ia masuk bukan hanya karena prestasinya sebagai atlet, tetapi juga karena harus melalui tes wawancara. Pengalaman barunya pun dimulai dari nol.
“Awalnya ditawarin kerja kok di bidang yang asing sekali, pikiran saya kaya pemain-pemain jaman dulu yang dimasukkan di PDAM. Tapi ternyata modalnya fisik, Alhamdulilah tidak lama untuk adaptasi,” tuturnya.
Menyatukan Dua Dunia, Sepak Bola dan Damkar