“Kadang kalau pas tidak punya uang saat anak waktunya bayar sekolah, tabungan bisa diambil dulu di Kopwan,” bebernya.
Baca juga: Ibu Lina Yakin Bisa: Melawan Kanker demi Anak di Tengah Vonis Hidup yang Tinggal 40 Persen
Meski harus mencari nafkah seorang diri, Sri tidak pernah putus asa.
Ia bahkan, melarang untuk anaknya bekerja ketika masih menempuh pendidikan.
Tujuannya, agar anak-anaknya tetap fokus belajar, dan tidak terbebani dengan pembiayaan.
“Saya tegaskan sejak awal kepada anak-anak saya, kalau soal biaya tidak perlu ikut mikir. Biar saya saja yang mencarinya,” ujarnya.
“Saya tidak ingin pikiran anak saya yang seharusnya fokus belajar jadi terpecah dengan beban pekerjaan,” imbuhnya.
Alhasil, berkat kegigihannya, ketiga anaknya saat ini sudah sukses semua.
Mereka berhasil menempuh pendidikan hingga ke jenjang perguruan tinggi.
Bahkan anak keduanya berhasil menempuh pendidikan doktoral di salah satu perguruan tinggi ternama di China.
“Alhamdulillah, saat ini anak saya sudah mandiri semua. Dua orang sudah berkeluarga, dan anak bungsu sudah bekerja sebagai pegawai salah satu Bank milik negara,” tuturnya.
Baca juga: Kisah Saleha, Ibu Petani Inspiratif Jual Sawah Antarkan Anak Jadi TNI
Tanggung jawab ekonomi bagi anak-anaknya saat ini memang sudah terlepas.
Namun, saat ini Sri tetap merasa mempunyai tanggung jawab terhadap perekonomian 6 pengrajin batiknya.
Sebagai bos bagi para pengrajinnya, yang mempunyai kewajiban menggaji, Sri mengaku juga turut membantu memanajemen keuangannya pengrajinnya.
Gaji yang didapat karyawannya, sebagian kecil ia potong untuk ditabungkan ke Koperasi Wanita (Kopwan) Kelurahan Turen.
“Berapa nilai setoran dan segala macam, saya catat dengan rinci. Sehingga sewaktu-waktu mereka butuh, mereka bisa mengambil tabungan itu,” bebernya.
Sri berharap, tabungan itu bisa membantu perekonomian keluarganya, khususnya untuk kebutuhan biaya pendidikan anak-anaknya.
“Saya tanamnya kepada mereka prinsip, bahwa seorang istri perlu membantu perekonomian keluarga, agar anaknya bisa menempuh pendidikan yang layak dan tinggi,” pungkasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang