Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bertahun-tahun Cantrang dan Porsen Teror Laut Masalembu Sumenep, Nelayan Lokal Kian Terpinggirkan

Kompas.com, 22 Oktober 2025, 13:58 WIB
Nur Khalis,
Aloysius Gonsaga AE

Tim Redaksi

SUMENEP, KOMPAS.com – Aktivitas kapal cantrang dan porsen di perairan Pulau Masalembu, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, terus meresahkan nelayan lokal sejak bertahun-tahun lalu.

Cara tangkap yang digunakan kapal-kapal itu merusak ekosistem laut dan mengancam keberlangsungan hidup nelayan tradisional.

Sunarto (45), Ketua Kelompok Nelayan Rawatan Samudera, mengatakan, praktik penggunaan cantrang sudah berlangsung lama dan hingga kini masih marak.

“Akibat cantrang, terumbu karang, rumah ikan rusak semua. Bahkan rumpon yang dibuat nelayan lokal juga ikut tertarik,” kata Sunarto kepada Kompas.com, Rabu (22/10/2025).

Baca juga: Tangkap Ikan Pakai Cantrang, 4 Kapal Nelayan Asal Lamongan Ditangkap di Perairan Kalsel

Menurutnya, alat tangkap cantrang menyapu bersih seluruh isi laut, termasuk ikan kakap, kerapu, cumi, dan berbagai jenis ikan lain yang menjadi tumpuan nelayan lokal.

“Dengan cantrang, semua ditangkap. Sekarang apalagi musim ikan, kapal cantrang makin banyak,” tambah dia.

Nelayan asal Desa Sukajeruk itu menambahkan, setiap hari ada sekitar sembilan hingga 12 kapal yang menggunakan cantrang di wilayah perairan Masalembu.

Kapal-kapal tersebut sebagian besar berasal dari luar daerah, seperti Pati, Brondong, Lamongan.

“Pernah warga menangkap kapal dari Lamongan pada 2023, tapi masih banyak yang tetap beroperasi. Kapal cantrang ini bahkan kadang makin dekat ke bibir pantai, ada yang dua mil, ada yang empat mil,” ungkapnya.

Selain cantrang, kapal besar dengan alat tangkap porsen juga ikut beroperasi di sekitar rumpon milik nelayan tradisional.

Baca juga: Mengapa Penggunaan Cantrang Dilarang?

Mereka menggunakan peralatan modern dan mengambil ikan di lokasi yang sama dengan nelayan kecil.

Nelayan lokal telah berkali-kali menghalau kapal-kapal itu, meski tanpa hasil.

“Mereka tetap datang. Dulu siang saja, sekarang kerja sampai malam. Kapalnya bisa berhari-hari, bahkan berbulan-bulan di laut Masalembu,” ujar dia.

Kapal-kapal cantrang, setahu Sunarto, biasanya berlayar dari arah Kalimantan, kemudian menuju utara, dan saat kembali melintas di perairan Masalembu.

Berharap kehadiran nyata aparat di laut

Alat tangkap cantrang yang berhasil diamankan nelayan Pulau Masalembu dari salah satu kapal luar daerah. KOMPAS.COM/Nur Khalis Alat tangkap cantrang yang berhasil diamankan nelayan Pulau Masalembu dari salah satu kapal luar daerah.

Halaman:


Terkini Lainnya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau