Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cuaca Surabaya Makin Menyengat, Mahasiswa Pilih Habiskan Waktu di Perpustakaan dan Kafe

Kompas.com, 16 Oktober 2025, 17:38 WIB
Azwa Safrina,
Andi Hartik

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Suhu panas yang melanda Kota Surabaya, Jawa Timur, membuat pola aktivitas mahasiswa berubah.

Sebagian dari mereka banyak menghabiskan waktunya di perpustakaan atau di kafe daripada di kos-kosan untuk menghindari cuaca panas.

Kondisi itu dialami seorang mahasiswa bernama Andhini (22). Ia mengatakan, sejak memasuki bulan Oktober, suhu di Surabaya terasa lebih panas. Dua kipas angin yang dipasang di kamar kosnya tidak mampu melawan suhu panas tersebut.

Baca juga: Suhu Panas 37,6 Derajat Celsius di Majalengka, BMKG: Berpotensi Terjadi Sampai Akhir Oktober

“Biasanya kan karena sekarang tinggal skripsi doang jadi lebih sering di kos, tapi selalu pakai dua kipas angin itu masih enggak ngaruh, panas banget sampai bikin pusing,” kata Andhini saat dihubungi Kompas.com, Kamis (16/10/2025).

Menurutnya, kondisi panas di Surabaya sangat menyengat di kulit, terutamanya saat pukul 11.00 sampai 14.00 WIB.

Baca juga: Suhu Panas di Jateng Akan Bertahan Sepekan ke Depan

“Panasnya itu nyengat di kulit kayak kebakar, panas yang enggak sehat,” tuturnya.

Bahkan, ia mengaku lebih nyaman untuk melakukan aktivitas di dalam kafe atau perpustakaan kampus demi menghidari cuaca panas.

“Aku dari pagi tuh sudah selalu stay di perpustakaan atau kafe sampai nanti sore, soalnya kalau ngerjain di kos tetap aja panas malah bikin enggak bisa konsentrasi,” ujarnya.

Ladang rezeki penjual es

Di sisi lain, cuaca panas tersebut menjadi ladang rezeki bagi para pedagang es di Surabaya.

Salah satunya Astuti, pedagang es lilin yang biasanya berjualan di sekitaran SD Negeri Margorejo VI Surabaya.

Astuti mengungkapkan ada peningkatan penjualan es hingga dua kali lipat.

“Alhamdulillah mbak, biasanya saya sebelumnya tuh cuma bawa 100 es lilin, tapi anak-anak selalu kurang, jadinya sekarang saya tambah jadi 200 es lilin itu selalu habis,” ungkap Astuti dengan senyum sumigrah.

ilustrasi suhu panas.canva.com ilustrasi suhu panas.
Meskipun setiap harinya ia harus melawan panas yang menyengat sembari berjalan kaki sembari mendorong gerobak dagangannya, tapi ia sama sekali tak keberatan demi mencari pundi-pundi uang.

“Ya namanya orang kerja pasti capek, panas, tapi kan harus dihadapi, pokoknya selama dagangan saya laris manis mau panas hujan enggak masalah,” terangnya.

Senada, pedagang kopi keliling, Rudi menuturkan penjualannya naik hingga tiga kali lipat, dari biasanya 100 gelas, kini menjadi 200 sampai 300 gelas per hari.

“Malah sekarang enggak cuma pelajar aja yang beli, GoJek, orang kerja itu juga makin banyak terutama kalau siang puncak panas-panasnya,” kata Rudi.

Baca juga: Ramai Kota Semarang Disebutkan Mencapai Suhu Panas Maksimum, Ini Penjelasan BMKG

Walaupun begitu, ia masih berharap agar musim penghujan segera datang karena menurutnya kondisi panas di Surabaya yang semakin tidak menyehatkan.

“Karena panasnya itu enggak cuma bikin gosong aja, tapi mata sakit, kepala pusing, enggak sehat juga buat tubuh lama-lama,” ucapnya.

Prakirawan cuaca BMKG Kelas I Juanda, Shanas Prayuda, menjelaskan, kenaikan suhu di Surabaya disebabkan oleh posisi matahari yang berada tepat di garis ekuator sehingga kecenderungan datangnya sinar matahari akan tegak lurus dengan permukaan bumi.

Hal tersebut juga didukung oleh tipisnya tutupan awan di langit.

“Nah, itu yang juga menyebabkan tidak adanya hambatan sinar matahari menuju ke permukaan bumi,“ tutur Shanas saat dihubungi Kompas.com, Senin (15/10/2025).

Menurutnya, Surabaya juga menjadi salah satu dari kota-kota teratas paling panas di Jawa Timur dengan prakiraan suhu maksimum mencapai 36 derajat celsius.

“Meskipun ada beberapa wilayah lain yang juga memiliki suhu yang cukup tinggi, seperti wilayah Kediri, Sidoarjo, Bojonegoro, termasuk Surabaya,” pungkasnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau