Dari hasil kerjanya sebagai OB tersebut, ia kini mampu membantu perekonomian keluarganya dan bisa membantu membiayai sekolah adiknya yang masih sekolah Madrasah Tsanawiyah (Mts).
"Saya bersyukur bisa ngasih ke adik dan orangtua sejak kerja di SPPG ini," kata dia.
Abdullah berharap, program MBG bisa terus dilanjutkan. Sebab, ia akan kehilangan pekerjaan jika program itu dihentikan.
"Saya berharap semoga program ini terus berlanjut supaya saya bisa tetap kerja," tuturnya.
Sementara itu, Mitra SPPG Bungsang, Anna Fatima mengatakan, terdapat 52 pegawai di tempat tersebut. Mayoritas pekerja merupakan masyarakat sekitar SPPG.
"Ini sebanyak 40-an pegawai dari masyarakat sekitar. Kami memang ingin membuka peluang untuk masyarakat sehingga bisa menyerap tenaga kerja lokal," katanya.
Selain itu, pemasok bahan baku juga berasal dari petani setempat mulai dari sayuran hingga beras.
"Mayoritas beras kami ambil dari petani setempat. Yang penting kualitasnya sesuai dengan standar kami. Biasanya masyarakat datang menawarkan kesini, kadang beras kadang sayuran juga," imbuhnya.
Tak hanya itu, sisa dari MBG yang tidak dimakan oleh siswa juga banyak dimanfaatkan sebagai pakan ternak oleh warga sekitar.
"Biasanya setelah kita pilah itu, ada beberapa pegawai kami yang ambil untuk pakan bebek dan ayam," katanya.
SPPG Bungsang melayani sebanyak 3.608 penerima yang terdiri dari 3.608 kelompok bumil, busui, dan balita (3B) serta lima sekolah di Bangkalan.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang