SURABAYA, KOMPAS.com - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) memang menjadi salah satu program unggulan masa pemerintahan di bawah kepemimpinan Prabowo-Gibran sejak akhir 2024.
Sudah beberapa bulan program tersebut berjalan di SMP Negeri 13 Surabaya, Kecamatan Wonocolo, Surabaya, Jawa Timur.
Bagi sebagian besar siswa di sekolah ini, MBG bukan sekadar program makan siang gratis, melainkan juga penunjang semangat belajar siswa hingga pemenuhan gizi anak bagi keluarga kurang mampu.
Sejak pertama kali dijalankan pada 18 November 2024, antusiasme siswa terhadap program ini tak pernah surut.
Baca juga: Kisah Dapur MBG Mitra Telaga Rangkasbitung: dari Berdayakan Emak-emak, Anak Muda, hingga UMKM Lokal
Kepala SMPN 13 Surabaya, Syamsul Hadiwiyono mengatakan MBG memiliki peran penting dalam menyuplai pemenuhan gizi siswa demi meningkatkan semangat belajar dan menunjang aktivitas akademik siswa di sekolah.
“Yang mana itu juga berhubungan dengan semangat belajar siswa di sekolah, jadi lebih semangat, fokus karena orang kalau lapar ya mana bisa belajar,” ujar Syamsul saat ditemui Kompas.com, Selasa (14/10/2025).
“Karena aktivitas anak-anak itu kan full mulai dari pukul 06.30 sampai 14.30 WIB dan MBG ini datangnya pagi jadi bisa langsung diberikan agar makanan itu bisa tetap terjaga kehangatannya, serta tidak berkeringat,” lanjutnya.
Baca juga: Diduga Keracunan MBG, 8 Siswi SMK di Tuban Dilarikan ke Puskesmas
Tak hanya itu, terdapat MBG khusus di hari Jumat yang disebut Jumat Berkah dimana para siswa mendapat tambahan di luar menu utama, berupa telur, susu, roti, kacang, dan makanan kering.
“Itu yang lebih bermanfaat lagi, ada program dari dapur BGN (Badan Gizi Nasional) yang ada di SMP Negeri 13 itu yang namanya Jumat Berkah, jadi ada menu tambahan berupa telur, susu, roti, kacang, dan makanan kering,” paparnya.
Menurutnya, antusiasme siswa tersebut terbukti saat MBG sempat libur beberapa waktu setelah masa libur semester.
“Saat itu karena setelah libur semester jadi dapur BGN masih belum siap, terus banyak siswa yang tanya ‘pak, kapa nada MBG lagi?’ jadi mereka justru sangat antusias,” tuturnya.
Bahkan, tak jarang juga siswa yang datang kembali ke ruang makan setelah jam istirahat untuk meminta tambahan makanan.
“Sering juga anak-anak itu minta tambahan porsi, jadi mereka makan dua porsi, kan memang kalau umur-umur segitu masa pertumbuhan jadi porsi makannya banyak sekali,” ungkapnya.
Baca juga: PWNU Jateng Ungkap Pesantren Siap Kelola MBG, Sebut Menu Rp 10.000 Cukup
Di sisi lain, Syamsul menyatakan MBG juga membantu mengurangi beban pengeluaran keluarga dalam pemenuhan gizi anak.
“Selain antusiasime, MBG ini kan juga membantu mengurangi cost dari keluarga. Ya, walaupun ada beberapa anak yang masih membawa bekal atau uang jajan, tapi kan setidaknya itu sudah meringankan,” ucapnya.