Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

VW Karmann Ghia Era Presiden Soekarno Curi Perhatian di Rampal Malang

Kompas.com, 12 Oktober 2025, 17:48 WIB
Nugraha Perdana,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Ratusan mobil Volkswagen (VW) dari berbagai tipe dan tahun pembuatan memadati Lapangan Rampal, Kota Malang, dalam gelaran 0341 The Real Indonesia VW Gathering Jilid 3, yang berlangsung sejak Sabtu (11/10/2025) hingga Minggu (12/10/2025).

Namun, dari ratusan mobil yang hadir, dua unit langka terlihat menonjol, yakni VW Karmann Ghia yang memiliki jejak sejarah dengan Presiden Soekarno, dan sebuah VW Kombi Ambulan Palang Merah asli dari era 1960-an.

Ketua Volkswagen Malang, Adi Kurniawan mengatakan, acara ini merupakan ajang temu kangen terbesar bagi para pecinta VW se-Indonesia.

"Ini adalah event VW gathering sesungguhnya, tujuannya mengumpulkan dan mempererat silaturahmi seluruh pecinta VW di Indonesia yang selama ini banyak berkomunikasi via media sosial," kata Adi di lokasi acara, Minggu siang.

Baca juga: Hitung-hitungan Biaya Kepemilikan VW ID.Buzz Selama 5 Tahun

Di antara deretan VW Kodok, Combi, dan Safari, sosok VW Karmann Ghia tampil menonjol dengan desain berjenis coupe atau dua pintu.

Adi menjelaskan, mobil sport klasik ini memiliki nilai historis dan kelangkaan di Indonesia.

"Karmann Ghia pertama kali masuk ke Indonesia dimiliki oleh Bung Karno, dan unit tersebut sekarang masih terawat."

"Kalau tidak salah, diteruskan oleh Bu Megawati. Mobil ini termasuk langka, jumlahnya tidak banyak, mungkin beberapa saja yang punya saat ini," ungkap dia.

Dalam kegiatan ini, hadir dua unit Karmann Ghia dari Surabaya dan Malang.

Menurut Adi, harga untuk sebuah VW Karmann Ghia keluaran sekitar tahun 1960 dalam kondisi terawat kini bisa lebih dari Rp 1 miliar.

Selain Karmann Ghia, sebuah VW Kombi T2 berwarna krem dengan logo Palang Merah turut menjadi pusat perhatian.

Baca juga: VW ID. Buzz, Si Kombi Listrik yang Tetap Klasik (Video)

Kendaraan ini bukan replika, melainkan unit ambulans asli yang didatangkan ke Indonesia sekitar tahun 1967.

"Itu asli ambulans VW Kombi Palang Merah. Dulu, mobil bus mungkin masih sulit, sehingga VW difungsikan sebagai kendaraan darurat," jelas Adi.

Kegiatan ini merupakan edisi ketiga setelah sukses diselenggarakan pada tahun 2016 di tempat yang sama, dan 2018 di Balai Kota Among Tani, Kota Batu.

Namun, Adi menyebutkan, konsep tahun ini berbeda. Jika sebelumnya diisi dengan kegiatan slalom atau promosi wisata, kali ini fokus utamanya adalah sebagai ajang pamer (show off) dan interaksi antarkomunitas.

"Tahun ini kami fokus pada gathering agar mereka bisa me-show off-kan kendaraannya. Perjalanan jauh, bahkan jika ada kendala mesin di jalan, itu menjadi bagian dari cerita yang mereka pamerkan di sini," tutur dia.

Baca juga: Hasil Tes VW ID. Buzz, Rasa Berkendara Sampai Biaya Operasional

Acara ini sukses menarik sekitar 670 kendaraan teregistrasi dari 50 klub VW di seluruh Indonesia, mulai dari peserta terjauh asal Jayapura yang mengirimkan mobilnya melalui jalur laut, hingga perwakilan dari Johor, Malaysia.

Ketika ditanya mengenai tantangan merawat mobil tua VW, Adi memberikan jawaban tegas.

"Tantangannya hanya satu, duit. Selama ada dana, mobil bisa dikembalikan ke kondisi semula. Suku cadang tidak susah didapat karena sudah ada importirnya," cetus dia.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau