Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Hobi Menjahit Saat Jadi Perantauan, Ibu Rumah Tangga di Surabaya Sukses Go International

Kompas.com, 5 Oktober 2025, 17:50 WIB
Suci Rahayu,
Aloysius Gonsaga AE

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com – Tidak pernah terbayangkan oleh Eka Setyowati, seorang ibu asal Surabaya, Jawa Timur,  bahwa hobi menjahit yang dimulai lebih dari satu dekade lalu akan mengantarnya meraih panggung internasional.

Kisahnya bermula pada tahun 2008, ketika ia ikut mendampingi sang suami bertugas di luar Jawa.

Di tanah rantau, kesibukan rumah tangga tidak lagi padat, ia merasa bingung, tidak tahu harus mengisi waktu dengan apa.

“Awalnya gabut, karena anak-anak sudah sekolah. Akhirnya saya belajar menjahit bareng tetangga. Banyak juga orang asing yang jadi tetangga, jadi saya belajar bareng orang bule,” kenangnya saat berbincang dengan Kompas.com.

Baca juga: Kisah Fatimah Menjahit Kembali Mimpi Jadi Dokter Usai Sempat Putus Sekolah

Kegiatan itu awalnya hanya sekadar hobi. Namun ketika kembali ke Surabaya, kecintaannya pada jahit-menjahit sempat ia tinggalkan. Hingga pada tahun 2019, permintaan dari orang-orang sekitar mulai datang.

Dari sekadar pesanan kecil, lahirlah Decak Handmades, sebuah usaha yang kini dikenal luas sebagai pengrajin home decor berbahan tekstil dengan sentuhan khas Nusantara.

Dari pameran perdana ke masa sulit pandemi

Langkahnya semakin mantap ketika pada Agustus 2019, ia mulai mengomersialkan produknya. Tiga bulan kemudian, ia mendapat kesempatan tampil dalam pameran besar di Jakarta Convention Center (JCC).

“Agak kaget kok bisa lolos. Awalnya bingung mau ambil atau tidak, tapi ini kan kesempatan. Jadi pameran pertama langsung tingkat nasional,” kata Eka Setyowati.

Namun, semangat itu harus terhenti sejenak saat pandemi Covid-19 melanda awal tahun 2020.

“Lagi semangat-semangatnya tapi kok keadaan makin ke sini makin nggak bisa bergerak. Rasanya langsung mati gaya,” imbuhnya.

Baca juga: Desainer Muda Surabaya, Menjahit Semangat Kartini Melalui Jeans Menyatukan Maskulin dan Feminin

Di tengah kebingungan, ia teringat kursus bisnis yang pernah diikuti. Materi itu ia buka kembali, dipraktikkan, dan tanpa disangka justru menjadi titik balik.

Ketika masker langka, ia merancang desain yang unik, nyaman, dan berbeda.

“Masker ini benar-benar menghidupi kita selama pandemi. Pesanan bahkan sampai ke luar negeri, ke Perancis, Brunei, sampai Turki. Itu yang membuat saya percaya diri kalau usaha ini ada prospeknya,” tuturnya penuh syukur.

Bahan tekstil sentuhan nusantara yang menjadi bahan dasar Eka Setyowati, seorang ibu asal Surabaya yang memiliki hobi menjahit dari sekadar pesanan kecil melahirkan Decak Handmades berhasil meraih panggung internasional.KOMPAS.com/SUCI RAHAYU Bahan tekstil sentuhan nusantara yang menjadi bahan dasar Eka Setyowati, seorang ibu asal Surabaya yang memiliki hobi menjahit dari sekadar pesanan kecil melahirkan Decak Handmades berhasil meraih panggung internasional.

Belajar, jaringan dan mental yang diuji

Selepas pandemi, pasar masih lesu. Namun ia tidak menyerah dan semakin rajin mengikuti pelatihan yang diselenggarakan kementerian maupun swasta.

Dalam setahun, ia bisa mengikuti hingga tujuh program, mulai dari pemasaran, branding, hingga coaching one on one.

“Sambil ngerjain pesanan, sambil belajar. Rasanya kaya anak kuliahan lagi,” kata warga Wonocolo Bendulan itu.

Baca juga: Tingkatkan Keterampilan Pelaku UMKM, PLN Ajak 250 IRT Pelatihan Menjahit dan Membatik

Selain pengetahuan, ia mendapat jaringan baru dari berbagai daerah di Indonesia. Dari jejaring inilah peluang pameran terbuka lebar. Namun, setiap pameran mengharuskannya lolos kurasi ketat.

“Kadang penguji kejam banget. Meskipun produk kita best seller, bisa dibilang tidak ada bagus-bagusnya. Tapi kalau kita mau berbesar hati, kita bisa meningkatkan karya. Itu yang bikin mental jadi kuat,” sambungnya.

Produk kreatif, bahan lokal dan pasar global

Decak Handmades kini memproduksi ratusan jenis produk mulai dari sarung bantal, bantal leher, taplak meja, hingga totebag lipat yang sedang tren.

Harga produknya bervariasi, mulai dari Rp 45.000 untuk gantungan kunci, hingga Rp 5 juta untuk bedcover premium. Produk andalannya memang berganti mengikuti tren.

Keunikan Decak Handmades ada pada bahan yang digunakan. Ia lebih banyak memakai kain lokal seperti batik, lurik, hingga ecoprint.

Menurutnya, kain Indonesia tidak hanya layak untuk busana, tetapi juga bisa menjadi dekorasi rumah yang elegan.

Gantungan kunci salah satu karya Eka Setyowati, seorang ibu asal Surabaya yang memiliki hobi menjahit dari sekadar pesanan kecil melahirkan Decak Handmades, sebuah usaha home decor berbahan tekstil dengan sentuhan khas Nusantara berhasil meraih panggung internasional.KOMPAS.com/SUCI RAHAYU Gantungan kunci salah satu karya Eka Setyowati, seorang ibu asal Surabaya yang memiliki hobi menjahit dari sekadar pesanan kecil melahirkan Decak Handmades, sebuah usaha home decor berbahan tekstil dengan sentuhan khas Nusantara berhasil meraih panggung internasional.

“Hampir 90 persen bahan yang kami pakai lokal. Saya ingin orang asing bisa membawa pulang kebanggaan dari Indonesia, bukan hanya dalam bentuk pakaian, tapi juga untuk rumah mereka,” tutur Eka Setyowati.

Kini produknya sudah sampai ke Kanada, India, Australia, bahkan dalam proses ekspor resmi ke Brunei Darussalam.

Sebagian pengiriman memang masih dibawa langsung oleh pembeli, tapi itu tidak mengurangi semangatnya untuk memperluas pasar.

Baca juga: Kisah Maria 10 Tahun Belajar Menjahit dari YouTube, Produknya Dibeli Rombongan Ibu Negara

Melibatkan warga sekitar

Kesuksesan Decak Handmades tidak hanya menjadi cerita pribadinya. Sebab ia juga memberdayakan warga sekitar untuk ikut serta.

Para tetangga dilatih menjahit agar bisa membantu produksi, sementara ia dan tim fokus pada desain dan pola.

Dengan begitu, Decak Handmades bukan hanya sekadar usaha, melainkan juga ruang berbagi manfaat ekonomi.

“Harapan saya, Decak Handmades semakin dikenal, bukan hanya di Surabaya tapi juga di pasar internasional. Semoga ini bisa jadi bukti bahwa hobi, kalau dijalani dengan serius, bisa jadi peluang besar,” pungkasnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau