SIDOARJO, KOMPAS.com - Seorang alumnus Pondok Pesantren Al Khoziny Sidoarjo, Jawa Timur, membalas jasa pondok melalui tradisi roan.
Belakangan, Ponpes Al Khoziny mendapat sorotan publik seusai bangunan mushala tiga lantai di asrama putra ambruk pada Senin sore (29/9/2025).
Bangunan tersebut menimpa para santri saat sedang melaksanakan shalat Ashar berjemaah.
Akibatnya, belasan santri ditemukan meninggal dunia, sementara puluhan lainnya masih belum ditemukan hingga pencarian hari keenam.
Baca juga: Update Korban Meninggal Ambruknya Ponpes Al Khoziny Bertambah 2, Total 16 Orang
Beredar kabar bahwa para santri Al Khoziny diduga ikut membantu mengecor bangunan yang ambruk saat ini sebagai bentuk hukuman.
Namun, hal itu dibantah oleh salah satu alumnus bernama Anshori (31).
"Hoaks itu, enggak benar. Kalau ikut terlibat malah fatal semua. Kalau disuruh ngecor, kapan kami belajarnya, kan butuh berhari-hari," kata Anshori saat ditemui Kompas.com, Sabtu (4/10/2025).
Ia mengatakan bahwa memang ada hukuman bagi santri yang tidak ikut kegiatan tertentu, tetapi bukan dalam perbantuan mengecor, tetapi menambah hafalan mengaji.
Lebih lanjut, Anshori mengatakan bahwa di lingkungan pesantren terdapat tradisi roan atau bentuk gotong royong.
Roan sendiri dalam harfiahnya adalah kegiatan santri untuk kerja bakti membersihkan lingkungan pesantren.
Artinya, dikerjakan bersama-sama dalam bentuk gotong royong.
"Kalau di pondok itu kami bersih-bersih sendiri, membentuk kesadaran untuk disiplin. Kalau di rumah, kami bantu orangtua, kalau di pondok ya bantu," ungkapnya.
Namun, biasanya roan dilakukan saat hari libur atau waktu tertentu.
Untuk hari biasa, dilakukan lara santri sesuai jadwal per kompleks.
"Tukang bersih pondok kan enggak ada. Sebenarnya memang di sini semuanya harus mandiri, mencuci, makan, semuanya sendiri. Di sisi lain, biaya pondok di sini murah, Rp 50.000 per bulan,” ungkapnya.
Menurutnya, biaya pondok Al Khoziny satu bulan sebesar Rp 50.000 terbilang murah, yang mencakup fasilitas tidur, makan, hingga tempat belajar.
Oleh sebab itu, para santri dengan sukarela membantu bersih-bersih dan berjaga di lingkungan pesantren.
Itu pun tidak bersifat wajib, melainkan kesadaran masing-masing santri.
"Bayangin aja, kalau ngekos masa dapat Rp 50.000. Di sini kami sudah dikasih tempat tidur, makan, mengaji juga. Yang utama kan ilmunya," tuturnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang