Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Batik Tulis Gentongan Khas Bangkalan, Direndam dalam Gentong Berbulan-bulan

Kompas.com, 2 Oktober 2025, 18:34 WIB
Yulian Isna Sri Astuti,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

BANGKALAN, KOMPAS.com - Batik tulis gentongan asal Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur dikenal hingga berbagai penjuru Tanah Air.

Batik ini dikenal karena memiliki metode pembuatan yang khas, yakni menggunakan gentong atau wadah yang terbuat dari tanah liat.

Adalah Hj Husnun Nikmah, pemilik galeri batik di Jalan Raya Ketengan, Kelurahan Tunjung, Kecamatan Burneh yang menceritakan tentang batik gentongan ini.  

Husnun dikenal tak hanya menjual batik, namun juga menjadi salah satu perajin batik di sana. Sejak 2009, ia bersama suaminya mendirikan galeri batik yang diberi nama 'Belva'.

Baca juga: Mengenal Batik Widji, Punya 14 Motif Paten Khas Kendal dari Lemah Teles hingga Sembur Angin

Galeri tersebut sekaligus menjadi wadah bagi perajin batik dari Kecamatan Tanjung Bumi, tempat batik gentongan berasal.

Ada ribuan motif batik tulis di dalam galeri tersebut, yang siap menyambut para pembeli.

"Ini semua batik tulis asli dari Tanjung Bumi, kami bawa ke sini dan setiap harinya banyak peminat batik yang datang," ujar dia dalam perbincangan Kamis (2/10/2025).

Salah satu produk batik yang kerap dicari pengunjung yakni batik tulis gentongan. Batik tulis itu dinilai istimewa, sebab memiliki proses pembuatan yang rumit.

Baca juga: Omzet Menurun, Perajin Batik Motif Banteng Asal Kota Batu Lebih Pilih Garap Diecast

"Jadi batik ini berbeda dengan batik lainnya, kalau batik lain, proses pencatingannya dilakukan di satu sisi kain. Namun kalau batik gentongan ini dua sisi," imbuh dia.

Proses pencantingan dua sisi itu membuat batik gentongan memiliki warna yang kuat. Bahkan, semakin dicuci, warna batik akan semakin menyala.

"Orang itu kadang kalau memegang kainnya yang baru jadi memang kaku, karena masih ada sisa lilin. Namun, semakin dicuci akan halus dan warnanya semakin keluar," kata dia.

Memakan waktu

Salah satu peserta saat mencanting di galeri Batik Belva Bangkalan KOMPAS.com / Yulian Isna Sri Astuti Salah satu peserta saat mencanting di galeri Batik Belva Bangkalan
Tak hanya itu, proses pencelupan batik tulis gentongan juga memakan waktu yang panjang.

Satu lembar kain batik gentongan akan dicelupkan ke dalam gentong yang telah berisi air yang diberi warna, berulang kali. Bahkan bisa mencapai enam bulan.

Baca juga: Mengintip Geliat Perajin Batik Kediri, Kolaborasi dan Kreasi agar Tetap Eksis

"Iya yang lama juga proses pencelupannya. Makanya, satu kain gentongan itu bisa dikerjakan dalam waktu satu tahun," ungkap dia.

Tak hanya prosesnya yang panjang, pewarna batik gentongan juga tak menggunakan pewarna sintetis layaknya batik tulis biasa. Namun, pewarna yang digunakan dari alam dan menggunakan berbagai biji-bijian.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau