PASURUAN, KOMPAS.com - Sudah tidak terhitung berapa lembar batik tulis yang tersebar dari Alam Batik -sebuah rumah kreasi sederhana milik Ferry Sugeng Santoso, warga Dusun Pajaran, Desa Gunting, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.
Berangkat dari minatnya pada pewarna alam, Ferry mulai membatik pada tahun 2005, sebagai bagian dari upaya mengembangkan usaha dari keluarga. Namun, batik yang dihasilkan kala itu kerap mendapat cibiran.
Baca juga: Gubernur Jatim Khofifah Ajak Generasi Muda Jadikan Batik Sebagai Simbol Gaya Hidup
"Di tahun awal 2005, tidak banyak orang yang tahu perajin batik menggunakan pewarna alam. Karena dinilai tidak menarik dan berbau," ujar Ferry mengawali perbincangannya, Kamis (2/10/2025).
Namun, seiring berjalannya waktu, cibiran itu pun mulai menghilang. Bahkan, di tahun 2007 dia mampu menggandeng sejumlah ahli di bidang pertanian untuk menguji, sekaligus menghasilkan ekstrak warna yang diinginkan.
"Saya tetap konsisten untuk mempertahankan warna itu berbahan alami. Dan itu yang disukai wisatawan asing yang berkunjung di sini," ungkap Ferry.
Baca juga: Kampung Batik Kauman Percontohan Kemandirian Pangan Lewat Sorgum
Pewarna alam yang digunakan dalam kreasi Ferry di antaranya, warna merah dari kulit kayu mahoni, warna kuning dari kayu tegeran, warna biru dari tanaman indigo strubilantes, dan warna jingga dari bixaorelana.
"Semua warna kami budidaya sendiri, terutama indigo strubilantes, kami budidaya satu-satunya di Jawa Timur," kata dia.
Dengan dibantu lima kawannya, batik tulis buatan Alam Batik kini dikenal sebagai produk limited edition. Kata Ferry, hampir tidak ada motif yang sama di setiap lembar batik tulisnya.
"Rata-rata motif khas yang disukai bermotif alam. Ada motif ikan sengkaring banyu biru, bunga sedap malam dan Krisan. Ada juga motif daun sri rejeki, anggrek dan lainnya yang original alam batik," ujar Ferry.
Baca juga: Dukung UMKM, Kampung Wisata Batik Kauman Solo Luncurkan 6 Showroom Bersama Tepat pada Hari Batik
Aktivitas di tempat itu pun tidak melulu soal memproduksi batik. Di rumah tersebut juga ada kegiatan edukasi seni membatik bagi wisata lokal maupun asing.
Di Alam Batik biasa digelar sesi edukasi pembuatan batik berbahan pewarna alam. Mulai dari pengetahuan jenis kain, pembuatan motif, mencanting hingga pencucian.
"Tahun ini, mulai bulan Februari hingga Oktober ada kelompok mahasiswa atau seniman dari luar negeri yang belajar di rumah Alam Batik," cetus dia.
Kunjungan wisatawan dari sejumlah eropa, mulai dari Belanda, Finlandia, Italia, Kanada, Perancis, hingga Jepang dan Korea Selatan, sudah tercatat di sana.
Tak hanya itu, batik kreasi Ferry ini juga pernah menjadi juara I Batik Nasional Tahun 2018 dan pernah ikut pameran internasional di Belanda, Italia, dan Korea Selatan.
Baca juga: Pembatik Kulon Progo Ciptakan Batik Raksasa Bergambar 8 Presiden RI
Lalu, terkait peluang bisnis, batik tulis di mata Ferry, masih sangat menjanjikan untuk dikembangkan, baik di pasar Nusantara maupun internasional.
Dia menyebut, di Alam Batik, batik tulis termurah dibenderol seharga Rp 250.000 per lembar, dan harga termahal mencapai Rp 350 juta.
"Untuk pemberdayaan masyarakat saya lebih tertarik menggandeng anak-anak muda. Berkarya untuk dunia berbekal dari kecerdasan lokal dan warisan budaya, di antaranya melalui batik ini," ungkap Ferry.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang