SURABAYA, KOMPAS.com - M Ali Zainal Abidin (18), korban selamat ambruknya Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, menceritakan tragedi tersebut.
Zainal mengatakan, awalnya para santri melaksanakan shalat berjamaah di lantai dasar bangunan 3 lantai tersebut. Dia bersama teman-temannya memulai rakaat pertama dengan hikmat.
"Saya shaft ke-17 kalau enggak salah, tengah-tengah. Posisinya sebelah pinggir, iya seingat saya kanannya imam," kata Zainal yang dirawat di RSUD RT Notopuro, Rabu (1/10/2025).
Baca juga: Hari Ke-3 Evakuasi Korban Ponpes Al Khoziny, RSUD RT Notopuro Dipenuhi Keluarga Korban
"Kurang tahu (yang ikut shalat berapa orang saat kejadian), soalnya kalau teman-teman itu pas shalat ashar kebanyakan ada yang istirahat atau bekerja," tambahnya.
Kemudian, Zainal merasakan, sejumlah kerikil mulai berjatuhan ketika sudah memasuki rakaat kedua. Sedangkan, dia masih berusaha untuk shalat dengan khidmat di masjid tersebut.
"Pertama ada batu-batu yang jatuh, enggak lama ada goyangan seperti gempa. Habis itu sudah enggak ingat lagi soalnya posisinya sudah enggak sadar," ucapnya.
Zainal mengaku, secara tiba-tiba kepalanya merasakan pusing hingga membuatnya tersadar.
Baca juga: Cek Kondisi Korban Ponpes Al Khoziny di RSUD Sidoarjo, Mensos Gus Ipul: Tinggal Pemulihan
Akhirnya, dia baru mengetahui sudah terbaring di RSUD RT Notopuro, Senin (29/9/2025).
"Itu kepala rasanya pusing, bisa berjalan tapi agak sakit di sekitar punggung sampai tulang ekor, katanya juga kena gegar otak ringan. Tapi sudah enak cuman masih belum bisa jalan," ujarnya.
Berdasarkan data, RSUD RT Notopuro total sudah menerima 45 korban ambruknya Ponpes Al Khoziny dengan rincian 13 menjalani perawatan, 2 meninggal dunia, dan 30 sudah pulang.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang