Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Teguh Santoso yang Batalkan Keikutsertaan ke Bromo 1,5 Jam sebelum Keberangkatan

Kompas.com, 19 September 2025, 17:59 WIB
Mega Silvia,
Aloysius Gonsaga AE

Tim Redaksi

JEMBER, KOMPAS.com - Teguh Santoso, seorang perawat di IGD Rumah Sakit Bina Sehat (RSBS), membatalkan keikutsertaannya dalam rombongan rekreasi ke Bromo pada Minggu (14/9/2025), hanya 1,5 jam sebelum keberangkatan.

Keputusan ini menyelamatkannya dari kecelakaan bus yang menewaskan sembilan orang dari total 53 peserta.

Teguh, yang merupakan warga Perumahan Bumi Tegal Besar Kelurahan Tegal Besar Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember, mengaku ragu saat mempersiapkan keberangkatannya.

"Tas itu antara saya pakai terus saya taruh, isinya saya keluarkan, saya masukkan lagi. Terus agak lama saya pikir kok saya ragu mau berangkat akhirnya ya saya putuskan saya gak jadi berangkat," ungkapnya, Kamis (18/9/2025).

Baca juga: Korban Kecelakaan Bus di Jalur Bromo Dapat Layanan Hipnoterapi untuk Pulihkan Trauma

Keputusan tidak berangkat itu terasa berat, terutama karena ia harus meninggalkan anak bungsunya, Arya (7), yang sedang sakit, serta kedua anaknya yang lain, Fahri (15) dan Anis (10), bersama istrinya, Akris Dwiyanti.

Meskipun memiliki jatah mengajak satu anggota keluarga, Teguh merasa tidak bisa pergi tanpa salah satu dari mereka.

Setelah menghubungi ketua panitia rombongan, Evalia Sari, untuk menyampaikan pembatalannya pada Sabtu (13/9/2025) pukul 20.16 WIB, Teguh melanjutkan waktu bersama anak-anaknya sebelum akhirnya tidur.

Keesokan harinya, saat tidur siang, ia menerima kabar mengejutkan dari istrinya bahwa bus pariwisata yang ditumpangi rekan-rekannya mengalami kecelakaan.

"Sempat tidak percaya, tetapi setelah menerima telepon dari beberapa teman, termasuk kepala ruangan kerja saya, baru saya tersentak," kata Teguh.

Ia segera bersiap dan pergi ke RSBS untuk membantu, meskipun pada hari itu ia sedang izin cuti.

Baca juga: Belum Tahu Putrinya Meninggal, Riyanti Korban Kecelakaan Bromo Dirawat Intensif di RSBS Jember

Teguh mengungkapkan, "Cuman terus terang saya enggak ikut menerima jenazah karena saya gak kuat kalau ngelihat jenazah teman-teman saya, jenazah anak Maria, anaknya Riyanti."

Ia kemudian standby menangani para korban luka-luka di IGD saat ambulans dari Probolinggo tiba malam itu.

Dengan penuh rasa sakit, Teguh mengetahui bahwa posisi yang ia tinggalkan digantikan Hendra Pratama, yang meninggal bersama keluarganya dalam kecelakaan tersebut.

"Waktu saya tahu kalau ternyata ada yang menggantikan posisi saya (meninggal), di dalam hati saya benar-benar sakit," ucapnya dengan berkaca-kaca.

Teguh mengenal baik Hendra, yang dikenal mudah akrab dengan siapa saja dan tidak pernah mengeluh tentang pekerjaannya.

Halaman:


Terkini Lainnya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau