JEMBER, KOMPAS.com - Teguh Santoso, seorang perawat di IGD Rumah Sakit Bina Sehat (RSBS), membatalkan keikutsertaannya dalam rombongan rekreasi ke Bromo pada Minggu (14/9/2025), hanya 1,5 jam sebelum keberangkatan.
Keputusan ini menyelamatkannya dari kecelakaan bus yang menewaskan sembilan orang dari total 53 peserta.
Teguh, yang merupakan warga Perumahan Bumi Tegal Besar Kelurahan Tegal Besar Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember, mengaku ragu saat mempersiapkan keberangkatannya.
"Tas itu antara saya pakai terus saya taruh, isinya saya keluarkan, saya masukkan lagi. Terus agak lama saya pikir kok saya ragu mau berangkat akhirnya ya saya putuskan saya gak jadi berangkat," ungkapnya, Kamis (18/9/2025).
Baca juga: Korban Kecelakaan Bus di Jalur Bromo Dapat Layanan Hipnoterapi untuk Pulihkan Trauma
Keputusan tidak berangkat itu terasa berat, terutama karena ia harus meninggalkan anak bungsunya, Arya (7), yang sedang sakit, serta kedua anaknya yang lain, Fahri (15) dan Anis (10), bersama istrinya, Akris Dwiyanti.
Meskipun memiliki jatah mengajak satu anggota keluarga, Teguh merasa tidak bisa pergi tanpa salah satu dari mereka.
Setelah menghubungi ketua panitia rombongan, Evalia Sari, untuk menyampaikan pembatalannya pada Sabtu (13/9/2025) pukul 20.16 WIB, Teguh melanjutkan waktu bersama anak-anaknya sebelum akhirnya tidur.
Keesokan harinya, saat tidur siang, ia menerima kabar mengejutkan dari istrinya bahwa bus pariwisata yang ditumpangi rekan-rekannya mengalami kecelakaan.
"Sempat tidak percaya, tetapi setelah menerima telepon dari beberapa teman, termasuk kepala ruangan kerja saya, baru saya tersentak," kata Teguh.
Ia segera bersiap dan pergi ke RSBS untuk membantu, meskipun pada hari itu ia sedang izin cuti.
Baca juga: Belum Tahu Putrinya Meninggal, Riyanti Korban Kecelakaan Bromo Dirawat Intensif di RSBS Jember
Teguh mengungkapkan, "Cuman terus terang saya enggak ikut menerima jenazah karena saya gak kuat kalau ngelihat jenazah teman-teman saya, jenazah anak Maria, anaknya Riyanti."
Ia kemudian standby menangani para korban luka-luka di IGD saat ambulans dari Probolinggo tiba malam itu.
Dengan penuh rasa sakit, Teguh mengetahui bahwa posisi yang ia tinggalkan digantikan Hendra Pratama, yang meninggal bersama keluarganya dalam kecelakaan tersebut.
"Waktu saya tahu kalau ternyata ada yang menggantikan posisi saya (meninggal), di dalam hati saya benar-benar sakit," ucapnya dengan berkaca-kaca.
Teguh mengenal baik Hendra, yang dikenal mudah akrab dengan siapa saja dan tidak pernah mengeluh tentang pekerjaannya.