Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Magetan Bentuk Desa Siaga TBC untuk Tekan Stigma dan Kasus Baru

Kompas.com, 11 September 2025, 09:46 WIB
Sukoco,
Aloysius Gonsaga AE

Tim Redaksi

MAGETAN, KOMPAS.com – Penemuan kasus TBC di Kabupaten Magetan, Jawa Timur, masih tergolong rendah meski capaian pelayanan terhadap terduga Tuberkulosis (TBC) sudah mencapai 99 persen dari target pemerintah pusat.

Hal ini disebabkan stigma buruk yang melekat pada penyakit tersebut dan keterbatasan peralatan rontgen.

Epidemiolog Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan, Agus Yudi Purnomo, mengungkapkan bahwa hingga 31 Agustus 2025, pelayanan terhadap terduga TBC di Magetan telah mencapai 99 persen dari target 8.659 kasus yang ditetapkan pemerintah.

“Alhamdulillah, untuk penemuan terduga TBC atau pelayanan terhadap para terduga TBC kita sudah sangat bagus, mencapai 99 persen. Artinya hampir semua masyarakat yang bergejala sudah kita layani,” ujarnya saat ditemui di ruang kerjanya pada Kamis (11/9/2025).

Baca juga: Sebanyak 13 Warga Binaan Lapas Perempuan Malang Terindikasi Kena TBC

Agus menjelaskan bahwa tanda-tanda terduga TBC dapat dikenali melalui batuk lebih dari dua minggu, penurunan berat badan, nyeri dada, dan berkeringat pada malam hari tanpa sebab jelas.

Namun, meskipun gejala ini cukup spesifik, banyak masyarakat yang masih enggan memeriksakan diri.

“Masalah terbesar kita adalah stigma. Masih ada masyarakat yang malu kalau dirinya didiagnosis TBC. Akhirnya mereka sembunyi atau mencari pengobatan di kabupaten lain,” ujar Agus.

Data Dinas Kesehatan Magetan mencatat bahwa hingga Juli 2025, lebih dari 150 warga Magetan terdeteksi sebagai kasus TBC di kabupaten lain, terutama di wilayah perbatasan dengan Madiun, Ngawi, dan Ponorogo.

“Yang justru kita temukan adalah pasien terdeteksi TBC dari pemeriksaan di fasilitas kesehatan kabupaten lainnya, seperti dari masyarakat yang berada di wilayah perbatasan Ponorogo, Madiun, maupun Ngawi,” tambahnya.

Baca juga: Kisah Raya, Bocah Sukabumi Meninggal dengan Tubuh Penuh Cacing, Ibu Sakit Jiwa, Ayah TBC

Meskipun pelayanan terhadap terduga TBC tinggi, Agus mengakui bahwa angka penemuan kasus TBC di Kabupaten Magetan masih rendah.

Dari target 1.659 kasus TBC sepanjang 2025, baru tercapai 35 persen hingga akhir Agustus 2025.

“Seharusnya penemuan kasus sudah 60 persen, tapi kita baru 35 persen. Jadi ini PR besar. Padahal, begitu kasus positif ditemukan, kita langsung masuk ke pengobatan. Untuk treatment enrollment, kita bahkan sudah 100 persen,” ucapnya.

Salah satu kendala dalam penemuan kasus TBC adalah keterbatasan alat diagnosis, terutama rontgen.

Saat ini, Magetan memiliki enam alat tes cepat molekuler (TCM) yang tersebar di puskesmas dan rumah sakit, namun belum didukung dengan fasilitas rontgen yang memadai.

“Kalau TCM hasilnya negatif, mestinya diikuti dengan pemeriksaan rontgen. Sayangnya kita masih kekurangan alat. Ini yang membuat diagnosis klinis kadang terlambat,” papar Agus.

Baca juga: Prabowo Kucurkan Rp 26,5 M Usai Viral Video Bidan Berenang Seberangi Sungai demi Pasien TBC di Pasaman

Halaman:


Terkini Lainnya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau