PAMEKASAN, KOMPAS.com - Penyesalan mendalam dirasakan Sukron, seorang narapidana asal Pasuruan yang kini menghuni Lapas Kelas II A Pamekasan.
Dalam pertemuan dengan wartawan pada Kamis (11/9/2025), Sukron terlihat emosional saat mengenang keluarganya yang harus ditinggalkan setelah divonis 3 tahun 8 bulan penjara akibat penggelapan uang sebesar Rp 300 juta milik temannya.
Sukron, yang sebelumnya ditahan di Lapas Gresik, dipindahkan ke Pamekasan beberapa bulan yang lalu.
Wajahnya tampak sedih dan air mata mengalir saat ia mengingat anak dan istri yang kini berada jauh darinya.
Baca juga: Lapas Kediri Over Kapasitas, 27 Napi Dipindah ke Lapas Madiun
"Untuk yang di luar penjara, jangan sampai melakukan kejahatan sekecil apapun," ujarnya dengan suara yang tersedu.
Ia mengaku penyesalan yang dirasakannya semakin mendalam sejak mengenakan rompi oranye sebagai tanda narapidana.
Selain merindukan keluarganya, Sukron juga merasa bersalah karena telah menyakiti perasaan temannya.
"Jangan menyakiti hati siapapun, saya menyesal sekali," tambahnya lirih.
Setelah pindah ke Lapas Pamekasan, Sukron mendaftarkan diri untuk belajar mengaji dengan metode Qur'ana.
Baca juga: Minyak Kayu Putih Lapas Namlea, Hasil Kerja Para Napi di Pulau Buru yang Dilirik Pasar
Ia kini menghabiskan waktu setiap hari membaca Al-Quran, terutama saat teringat akan istri dan anaknya di Pasuruan.
"Sekali lagi saya menyesal, sekarang saya sudah bertobat," ungkapnya.
Aktivitas mengaji di lapas ternyata membantu Sukron mengurangi kesedihan yang dirasakannya sejak masuk penjara.
Setelah delapan bulan belajar, ia berhasil lulus mengaji metode Qur'ana dan mendapatkan sertifikat guru ngaji bersama 30 narapidana lainnya.
"Sejak delapan bulan lalu saya selalu berusaha mengaji setiap hari," tuturnya.
Baca juga: Razia Lapas Kasongan Kalteng: Puluhan Juta Rupiah, Ponsel, dan Sajam Rakitan Ditemukan di Kamar Napi
Kepala Lapas Kelas II A Pamekasan, Syukron Hamdani, menjelaskan bahwa pihaknya sengaja menghidupkan program mengaji di lapas.
Tujuannya adalah agar para narapidana dapat mengubah pola pikir dan bertobat sebelum kembali ke masyarakat.
"Harapan ini mereka benar-benar bertaubat setelah keluar dari lapas dengan selalu membaca Alquran," katanya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang