JEMBER, KOMPAS.com - Wilayah pinggiran di Kabupaten Jember berisiko tinggi menjadi lokasi penyebaran virus campak, yang dapat berstatus kejadian luar biasa (KLB).
Untuk mencegah penularan campak, Dinas Kesehatan (Dinkes) Jember mulai melaksanakan imunisasi massal pada balita.
Kepala Bidang Pengendalian Penyakit (P2) Dinkes Jember, Rita Wahyuningsih, menjelaskan bahwa sebagai langkah pencegahan, imunisasi dilakukan secara massal kepada balita yang belum mendapatkan vaksin lengkap.
Selain itu, Dinkes juga melakukan promosi dan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya imunisasi.
Baca juga: Terhambat Isu Haram, Dinkes Pamekasan Temui MUI dan Pastikan Vaksin Campak Halal
"Kami melakukan survei cepat komunitas sebagai pemetaan daerah risiko kejadian luar biasa (KLB)," ungkap Rita, Rabu (27/8/2025).
Rita mengungkapkan bahwa daerah di Jember yang berisiko KLB kasus campak terletak di wilayah perbatasan.
Meskipun campak dianggap sebagai penyakit biasa oleh masyarakat, ia menekankan bahwa penyakit ini dapat menular dengan mudah, sehingga upaya pencegahan sangat diperlukan.
"Namun bisa menularkan, maka yang harus dilakukan sebagai upaya pencegahan," tambahnya.
Ia menjabarkan bahwa vaksinasi campak perlu diberikan khususnya pada anak usia 9 dan 20 bulan, serta pada anak usia 7 tahun.
Anak-anak merupakan kelompok rentan yang mudah tertular virus Morbillivirus, penyebab campak.
"Kelompok rentan adalah anak-anak yang tidak diimunisasi dan mereka yang berada di wilayah dengan tingkat imunisasi yang buruk, sehingga mempercepat penularan," terangnya.
Baca juga: Menkes Targetkan KLB Campak di Sumenep Dicabut dalam 2 Minggu Lagi
Rita juga mengingatkan masyarakat untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan (faskes) jika merasa sakit.
Ia berharap jadwal imunisasi dapat terus diikuti, diiringi dengan menjaga kebersihan dan menerapkan pola hidup sehat.
Penularannya sangat mudah, sehingga masyarakat perlu waspada. Terlebih, di Jember sudah terdeteksi 36 anak positif campak.
"Penularan virus campak terjadi melalui percikan air liur saat penderita bersin atau batuk, melalui udara, kontak langsung dengan penderita dan benda-benda yang terkontaminasi," ujarnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang