NGAWI, KOMPAS.com - Nasib pilu dialami petani di Dusun Jeruk Gulung, Desa Patalan, Kecamatan Kendal, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.
Dua kali masa tanam padi, petani di dusun itu selalu gagal panen lantaran serangan hama tikus.
Pardi, salah satu petani Dusun Jeruk Gulung, menyatakan musim pertama setidaknya sekitar 83 hektar yang ditanami padi gagal panen.
Sementara pada musim tanam kedua terdapat 21 hektar yang ditanami padi gagal panen akibat serangan hama tikus.
“Jadi kami sudah dua kali tanam dan dua kali kami gagal panen,” kata Pardi, yang dikonfirmasi Selasa (19/8/2025).
Baca juga: 2 Hari Hujan, Petani Resah Kualitas Tembakau Menurun dan Terancam Gagal Panen di Pamekasan
Pardi mengatakan serangan hama tikus mulai menerjang padi petani sejak awal tahun.
Kondisi itu menjadikan puluhan hektar lahan yang ditanami padi gagal panen.
Tak sanggup menghadapi serangan hama tikus, petani memilih membiarkan lahannya tidak ditanami sementara waktu.
Tak ingin mengulang nasib serupa, para petani banting stir mengganti tanaman padi menjadi menanam tebu.
“Sudah dua kali kami gagal panen padi. Makanya kami sekarang ganti tanam tebu,” ujar Pardi.
Baca juga: Gagal Panen Mengancam, Riyono Salurkan Bantuan Pestisida 2.500 Liter Tangani Hama Wereng di Ponorogo
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Ngawi Supardi mengatakan dinasnya sudah mendapatkan laporan serangan hama tikus di Dusun Jeruk Gulung, Desa Patalan sejak bulan Juli lalu.
Dari 83 hektar lahan yang ada 63 hektar diantaranya dibiarkan tidak ditanami lantaran sebelumnya gagal panen.
"Berdasarkan laporan dari petani, serangan hama tikus banyak di daerah pegunungan seperti di Desa Patalan, Kecamatan Kendal," kata Supardi.
Terhadap laporan itu, petugas DKPP bersama kelompok tani sudah berupaya mengendalikan hama tikus melalui gerakan pengendalian (gerdal) dan pembuatan rumah burung hantu.
Baca juga: Hama Wereng Serang Padi di Madiun, Petani Cemas Bakal Gagal Panen
Tak hanya itu, petugas dan petani juga sudah membuat umpan racun.
Hanya saja kondisi sawah di Desa Patalan yang terasering menjadikan populasi tikus sulit dikendalikan.
“Kondisi sawah di Desa Patalan membuat populasi tikus lebih sulit dikendalikan dibanding lahan dataran rendah," jelas Supardi.
Supardi menambahkan DKPP akan memberikan bantuan berupa benih padi dan pupuk organik cair terbuat dari urine sapi dan kelinci agar dapat mengurangi serangan hama tikus.
Pasalnya tikus tidak menyukai bau tidak sedap yang timbul dari pupuk organik cair.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang