SUMENEP, KOMPAS.com - Sekitar 64 desa di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, terhindar dari ancaman kekeringan akibat fenomena kemarau basah yang terjadi pada tahun ini.
Hingga akhir Juni 2025, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumenep belum menerima satu pun permintaan bantuan air bersih dari desa yang rawan terdampak kekeringan.
Biasanya, menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sumenep, Achmad Laily Maulidi, permintaan suplai air bersih mulai masuk sejak awal Juli dari sejumlah desa yang mengalami penurunan debit air sumur.
"Tapi sampai sekarang belum ada, karena ya kemarau basah ini," kata Laili saat memberikan keterangan kepada Kompas.com di Sumenep.
Baca juga: Suka Cita Petani Bengkulu Tengah Setelah Lima Tahun Berjuang Melawan Kekeringan
Menurut Laili, fenomena kemarau basah yang ditandai dengan curah hujan lebih tinggi dari normal pada musim kemarau, menjadi faktor utama minimnya laporan kekeringan tahun ini.
Musim kekeringan di Sumenep, lanjut Laili, umumnya berlangsung dari akhir Juni hingga Oktober.
Namun, terkadang BPBD masih tetap menyuplai air hingga November, terutama ke wilayah yang terdampak parah.
Baca juga: 3 Kali Gagal Tanam Tembakau Akibat Kemarau Basah di Pamekasan
"Desa Prancak dan Montorna adalah dua dari sejumlah desa yang rutin dapat bantuan (air bersih) dari BPBD saat musim kering," tambah dia.
Pada 2024, jumlah desa terdampak kekeringan di Sumenep tercatat sebanyak 64 desa, terdiri dari 8 desa berstatus kering kritis dan 58 desa berstatus kering langka.
Puluhan desa tersebut biasanya mengalami kekeringan karena air sumur warga mengering dan tidak mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Akibatnya, pemerintah desa secara berkala mengajukan permintaan air bersih untuk dikirim ke wilayah terdampak menggunakan truk tangki milik BPBD.
Namun tahun ini, dengan tren cuaca yang lebih lembap, potensi kekeringan di sejumlah wilayah rawan di Sumenep diperkirakan menurun signifikan.
"Terus akan kami pantau," ungkapnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang