PAMEKASAN, KOMPAS.com - Kemarau basah membuat petani tembakau resah di Kabupaten Pamekasan, Madura, Jawa Timur, Minggu (22/6/2025).
Fudi (45) warga Desa Laden Kec. Pamekasan mengalami kegagalan sampai tiga kali tanam bibit tembakau.
"Saya sudah tiga kali tanam bibit gagal. Bibit membusuk akibat terkena hujan," kata Fudi.
Baca juga: Cuaca Tak Menentu, Harapan Petani Tembakau Sumenep Kembali Layu
Dikatakan, bibit belum tumbuh baik tapi sudah turun hujan. Sehingga bibit layu, membusuk dan akhirnya kering.
Tiga kali berturut-turut terjadi hal yang sama. Baru ditanam dua hari sudah diguyur hujan.
"Saya sempat putus asa. Tapi tetap masih berusaha tanam bibit keempat kalinya," katanya.
Baca juga: Penyebab PT Gudang Garam Tbk Setop Beli Tembakau Temanggung
Dia menjelaskan, jika bibit yang masih berumur satu dua hari rentan mati jika diguyur hujan.
Bahkan, beberapa kali akibat air hujan yang menggenang. Sehingga bibit terendam dan membusuk.
Fudi mengaku menanam sekitar 8 ribu bibit. Setelah diguyur hujan tersisa sekitar 500 bibit yang masih hidup.
Harganya mencapai Rp 45 ribu setiap satu bendel berisi 1.000 bibit.
Sehingga modal yang dikeluarkan berkisar Rp 3 juta lengkap dengan bayaran petani yang membantu menanam bibit.
Baca juga: Ribuan Ton Tembakau Temanggung Butuh Pasar, Apa Solusi Pemerintah?
Hal yang sama dirasakan Rohemah, 53, warga Dusun Srabunan, Desa Teja Timur, Pamekasan.
Dia menanam bibit mencapai 10.000 bibit dan sudah menanam kedua kalinya.
Setelah tanam bibit pertama gagal karena sawahnya direndam banjir.
"Bibit yang hidup hanya tersisa sedikit. Saat ini sudah menanam kedua kalinya," katanya.
Baca juga: 6 Pengedar Narkoba di Tangerang Ditangkap, Sabu hingga Tembakau Sintetis Disita
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Trunojoyo Sumenep, Madura, Radibyo Trihastyo mengungkapkan jika hujan diprediksi masih terjadi.
"Hujan bisa dimungkinkan masih terjadi. Karena pengaruh pusaran angin yang terjadi di wilayah sekitar Maluku dan Sulawesi yang membentuk awan dan berdampak ke Madura," kata Radibyo.
Dia mengatakan, bisa dilihat perkembangannya selama sepekan ke depan.
Jika curah hujan turun kemungkinan hujan akan berkurang.
Radibyo menjelaskan jika ada pergeseran musim dibanding tahun sebelumnya.
Salah satunya akibat perubahan iklim.
"Jika dalam seminggu ke depan curah hujan turun, kemungkinan musim kemarau berakhir bulan ini," katanya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang