Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demo Regulasi ODOL, Sopir Truk di Surabaya: Premanisme dan Pungli Masih Banyak, Kami Merasa Dizalimi

Kompas.com, 19 Juni 2025, 16:27 WIB
Andhi Dwi Setiawan,
Icha Rastika

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Massa sopir truk Jawa Timur (Jatim) menggelar aksi demonstrasi di Surabaya, Kamis (19/6/2025). Massa aksi membawa 6 tuntutan untuk disampaikan.

Ketua Gerakan Sopir Jawa Timur (GSJT) Angga Firdiansyah mengatakan, tuntutan utama dari demonstasi tersebut yakni menolak kebijakan over load over dimensi (ODOL).

"Saat ini Indonesia sepertinya belum siap. Karena kalau ada ODOL itu diterapkan, kami sepakat dengan pertimbangan untuk keselamatan," kata Angga, di Surabaya, Kamis (19/6/2025).

"Tapi saat ini pemerintah sendiri masih belum mengeluarkan regulasi yang jelas, salah satunya perihal tarif angkutan logistik, kerancuannya kan di situ," ujarnya.

Baca juga: Aksi Solidaritas Tolak Aturan ODOL Berlangsung 3 Hari, Ini Tuntutan Supir Truk

Angga menyebut, keputusan para sopir untuk membawa banyak muatan tersebut karena kebutuhan pasar. Sebab, perusahaan meminta agar barangnya dikirimkan dalam jumlah besar.

"Kawan-kawan yang memuat ODOL tersebut, yang panjang terus lebar, itu karena kebutuhan industri, kebutuhan pasar saat ini. Karena unit kita kalau enggak panjang, enggak laku," ujarnya.

Lalu, massa aksi meminta pemerintah mengatur regulasi ongkos angkutan logistik, merevisi Undang-Undang Lalu Lintas Angkutan dan Jalan (UU LLAJ) dan memberi perlindungan hukum ke sopir.

"Teman-teman juga minta perlindungan hukum dan kesejahteraan, karena selama ini yang menjadi korban adalah sopir. Sopir ketakutan karena (ODOL), mereka diancam pidana," katanya. 

Para sopir truk di Jatim juga berharap adanya pemberantasan premanisme dan pungutan liar (pungli) di jalan. Mereka juga menginginkan adanya kesetaraan dalam perlakuan hukum.

"Premanisme dan pungli itu masih banyak dialami sama teman-teman pengemudi truk, ketika di lapangan. Entah itu modelnya pengawalan atau apa itu masih banyak," ucapnya.

"Kami ini merasa terzlimi karena masih banyak perusahaan besar yang belum ditindak (terkait aturan ODOL). Tetapi kami yang masyarakat kecil ini terus ditekan," katanya.

Baca juga: Massa Sopir Truk Serbu Surabaya, Tuntut Regulasi ODOL

Dalam aksi demo ini, truk dari sejumlah wilayah berjajar dari arah Tol Waru, Sidoarjo menuju ke Surabaya. Imbasnya, arus lalu lintas menjadi terhambat.

Selanjutnya, para sopir truk melanjutkan perjalanan sampai ke Kantor Dinas Perhubungan Jawa Timur (Dishub Jatim). Lalu, mereka memutuskan untuk berhenti dan berorasi.

"Kemarin ada yang bilang over load over dimensi (ODOL) itu kriminal. Pak kita mencari makan pakai uang halal, kita bukan pencuri, bukan maling," kata salah satu orator, Kamis (19/6/2025).

Terlihat sejumlah sopir truk tersebut memarkirkan truknya di dua lajur Jalan Ahmad Yani, selama beberapa jam. Alhasil, arus lalu lintas kendaraan yang awalnya lancar ikut berhenti.

Beberapa mobil kesulitan melintas karena ribuan truk yang berjajar. Sementara itu, pengemudi sepeda motor masih bisa melewati celah di antara kendaraan dan menggunakan trotoar.

"Bapak-bapak yang melintas, mohon maaf, hari ini kita menyampaikan aspirasi. Hentikan operasi ODOL karena yang menjadi korban ini kami masyarakat miskin, kami hanya mencari untuk makan," ujarnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Kuliah Sambil Jadi Kurir Paket, Gibran Harus Pandai Bagi Waktu dan Rendahkan Ego
Kuliah Sambil Jadi Kurir Paket, Gibran Harus Pandai Bagi Waktu dan Rendahkan Ego
Surabaya
Jadi Kurir Paket, Hamdan Kerap Bantu Pelanggan supaya Tak Tertipu Pesanan Palsu
Jadi Kurir Paket, Hamdan Kerap Bantu Pelanggan supaya Tak Tertipu Pesanan Palsu
Surabaya
Kisah Mahasiswa di Surabaya Kerja Sampingan Jadi Kurir Makanan demi Uang Kuliah
Kisah Mahasiswa di Surabaya Kerja Sampingan Jadi Kurir Makanan demi Uang Kuliah
Surabaya
Dua Pelaku Pemalakan di Pantai Bangsring Banyuwangi Beraksi Sejak 2023
Dua Pelaku Pemalakan di Pantai Bangsring Banyuwangi Beraksi Sejak 2023
Surabaya
Wisatawan Lansia Dipungli 'Uang Pengawalan' Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Wisatawan Lansia Dipungli "Uang Pengawalan" Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Surabaya
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
Surabaya
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Surabaya
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Surabaya
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Surabaya
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Surabaya
Pelaku Pungli 'Uang Pengawalan' Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Pelaku Pungli "Uang Pengawalan" Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Surabaya
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Surabaya
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Surabaya
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar 'Uang Pengawalan', Penyandera Ditangkap
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar "Uang Pengawalan", Penyandera Ditangkap
Surabaya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau