Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemdes Ngadisari Kewalahan Cegah Motor Matic Naik ke Bromo, Butuh Regulasi Lebih Ketat

Kompas.com, 9 Juni 2025, 07:39 WIB
Ahmad Faisol,
Andi Hartik

Tim Redaksi

PROBOLINGGO, KOMPAS.com - Pemerintah Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, mengaku kewalahan mencegah wisatawan yang menggunakan sepeda motor matic menuju kawasan Gunung Bromo.

Penggunaan motor matic menuju kawasan Gunung Bromo tidak disarankan karena berisiko tinggi kecelakaan. Motor matic rentan mengalami rem blong saat melintasi jalur curam dan panjang menuju Bromo.

Kepala Desa Ngadisari, Sunaryono mengatakan, pihaknya telah melakukan berbagai upaya agar wisatawan tidak menggunakan motor matic ke Bromo. Namun, tanpa adanya aturan tegas dan dukungan petugas dari pemerintah yang lebih tinggi, pengawasan menjadi sulit dilakukan.

Baca juga: Motor Matic Diminta Tak Lagi Naik ke Bromo, Ada Apa?

"Pemdes sudah maksimal mengimbau agar wisatawan tidak naik motor matic ke Bromo, tetapi tanpa regulasi yang jelas dan petugas dari pemerintah, kami merasa kewalahan," ujarnya pada Senin (9/6/2025).

Ia menambahkan, pihaknya juga menyoroti insiden kecelakaan yang disebabkan rem blong sepeda motor matic. Sebab, kecelakaan itu bisa berakibat fatal dan berdampak buruk pada reputasi destinasi wisata internasional tersebut.

Baca juga: Rem Motor Diduga Blong, 2 Wanita Tewas dalam Kecelakaan di Jalur Bromo

Sebagai langkah antisipatif, desa mendirikan pos penyekatan di sekitar Pendopo Ngadisari. Di lokasi ini, wisatawan dari arah Probolinggo dihentikan dan diberikan edukasi mengenai bahaya penggunaan motor matic di jalur yang ekstrem.

Selain itu, desa menyediakan alternatif transportasi yang lebih aman, seperti jip dan sepeda manual yang disewakan dengan tarif berkisar Rp 100.000 hingga Rp 300.000 tergantung jarak dan destinasi. Tarif ini pun terus dibahas agar tetap ramah bagi wisatawan.

"Kami tidak memikirkan keuntungan, tetapi keselamatan dan keberlanjutan wisata Bromo. Jika ada solusi yang lebih baik, kami terbuka," ungkap Sunaryono.

Meski demikian, tantangan tetap muncul, terutama wisatawan dari arah Malang dan Pasuruan yang sering luput dari pengawasan. Warga dan petugas pun tetap melakukan teguran secara persuasif.

Sunaryono menegaskan, usulan larangan penggunaan motor matic ke Bromo sebaiknya didukung kebijakan resmi dari Pemerintah Daerah agar bisa diberlakukan secara tegas. Selama ini, desa hanya mengandalkan imbauan dan edukasi.

"Peran pemerintah pusat dan daerah sangat penting agar langkah ini bisa berjalan efektif dan perlindungan terhadap wisatawan dapat maksimal," imbuhnya.

Pihak desa berharap, dengan dukungan kebijakan yang tegas dan kolaborasi seluruh pihak, keselamatan wisatawan di kawasan Bromo dapat lebih terjamin dan destinasi ini tetap menjadi ikon nasional yang aman dan nyaman.

Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Probolinggo mengimbau wisatawan yang hendak menuju kawasan Gunung Bromo agar tidak lagi menggunakan sepeda motor matic.

Imbauan ini dikeluarkan menyusul tingginya angka kecelakaan yang melibatkan motor matic di jalur wisata tersebut, bahkan hingga menyebabkan korban jiawa.

Imbauan ini resmi dikeluarkan pada liburan Idul Adha 2025, yang disampaikan lewat pemasangan banner sosialiasi bertuliskan "Jangan Sampai Liburan Berujung Petaka, Hindari Penggunaan Motor Matic di TNBTS".

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau