Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Luncurkan 1.000 SPPG, Menko Muhaimin: Bukan dari Investor Asing

Kompas.com, 26 Mei 2025, 18:54 WIB
Yulian Isna Sri Astuti,
Andi Hartik

Tim Redaksi

BANGKALAN, KOMPAS.com - Kementerian Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat bersama Badan Gizi Nasional meluncurkan 1.000 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) untuk program makan bergizi gratis.

Peluncuran ini berlangsung di Pondok Pesantren Syaikhona Kholil, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, dan dihadiri langsung oleh  Menteri Koordinator (Menko) Pemberdayaan Masyarakat (PM) Muhaimin Iskandar, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, dan Direktur Utama Pusat Investasi Pemerintah (PIP) Kementerian Keuangan, Ismed Saputra.

Muhaimin atau Cak Imin mengatakan, peresmian pembangunan 1.000 SPPG sengaja dilaksanakan di Pondok Pesantren Syaikhona Kholil, Kabupaten Bangkalan, karena merupakan representasi ponpes tertua.

"Ini pesantren paling tua dan bersejarah amat penting bagi Nadhlatul Ulama (NU) serta bagi pendiri NU. Di ponpes ini juga bisa memberi inspirasi dan ekosistem ekonomi agar santri dapat makan bergizi secara gratis," ujarnya, Senin (26/5/2025).

Baca juga: SPPG di Tasikmalaya Masih Suplai 3.000 MBG meski Telat Pembayaran Ratusan Juta Rupiah

Ia mengatakan, dari total 1.000 SPPG di Indonesia, ditargetkan terdapat 118 SPPG di Madura.

Nantinya, dapur makan bergizi gratis di segmen pesantren ini akan dilaksanakan tanpa investor asing.

"Bukan dari investor asing, kita melalui BMT NU, koperasi PIP Kementerian Keuangan," ungkapnya.

Baca juga: KPAI Sidak Dapur Umum MBG di Singaparna, Temukan SPPG Belum Dibayar Rp 1 Miliar

Sementara itu, Kepala BGN, Dadan Hindayana, mengatakan, dengan dilaksanakannya Makan Bergizi Gratis (MBG), sebanyak 60 persen anak di Indonesia yang tidak memiliki akses gizi seimbang bisa mendapatkan makan bergizi secara gratis.

"Diharapkan anak-anak Indonesia tumbuh dengan baik dengan tinggi rata-rata 180 sentimeter dan memiliki daya saing," ungkapnya.

Selain itu, program tersebut saat ini sudah menyasar 4,2 juta penerima. Ditargetkan, pada bulan Agustus, jumlah penerima sebanyak 20 juta.

"Untuk total keseluruhan di Indonesia sekitar 82 juta penerima," ungkapnya.

Sementara itu, salah satu santri Pondok Pesantren Syaikhona Kholil, Robiatul Hasanah (15), mengaku senang dengan adanya program MBG. Ia mengaku, uang sakunya dapat ditabung setelah mendapatkan makan gratis itu.

"Alhamdulillah kita senang, awalnya saya sebulan bisa habis Rp 1,5 juta untuk makan, sekarang Rp 500 ribu bisa ditabung," ungkapnya.

Salah satu santri lain, Ahmad Gafur (14), mengaku senang mendapatkan jatah makan gratis dengan menu bergizi.

"Makanannya enak, ada ayam, sayur, buah, dan dapat susu juga. Kalau selama ini cuma bisa makan satu lauk saja dengan minum air putih," pungkasnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau