PASURUAN, KOMPAS.com - Perjalanan truk jenis NPS milik TNI yang terbakar dan meledak di Tol Gempol-Pandaan sudah sesuai standard operating procedure (SOP).
Sebab, jarak dan kecepatan saat melintas di tol sesuai peraturan yang ada, tidak melebihi batas kecepatan.
"Sudah sesuai SOP, karena pada saat percikan api pada truk sebelum meledak, pengendara truk di belakangnya sudah mengingatkan. Dan akhirnya sudah berhenti di pinggir, bahu jalan," ujar Komandan Kodim 0819 Pasuruan, Letkol Arh Noor Iskak, Selasa (06/05/2025).
Meski sudah sesuai SOP, pihaknya belum dapat memastikan penyebab timbulnya percikan api yang muncul di bagian bak belakang truk sehingga kobaran api cepat membesar dan mengakibatkan ledakan.
Baca juga: Sosok Serka Untung, Prajurit TNI yang Gugur Saat Truk Amunisi Meledak di Tol Gempol
Hingga saat ini pihaknya juga masih menunggu hasil penyelidikan dari Sub Denpom V/3-4 Pasuruan.
"Saat ini pihak kami masih menunggu hasil penyelidikan yang dilakukan Sub Denpom V/3-4 Pasuruan," imbuhnya.
Untuk diketahui, pada kesempatan yang sama Kodim 0819 turut melakukan penyelidikan usai terjadi ledakan amunisi.
Pihaknya menjelaskan truk yang meledak merupakan rombongan 4 kendaraan dalam perjalanan dari Dermaga Ujung Perak Surabaya menuju ke Yonif 509 BY/2 Kostrad Jember usai tugas dari Papua.
Baca juga: Insiden Ledakan Truk TNI di Tol Gempol, Warga Diminta Lapor jika Menemukan Sisa Amunisi
"Dari iringan 4 truk NPS, truk nomor 2 itu yang mengalami insiden terbakar dan akhirnya minggir ke bahu tol karena sopir yang di belakang melihat percikan api," katanya.
Sedangkan terkait timbulnya korban yakni Serka Untung Avisilia yang meninggal dunia dan Serma Dhino Adi Setiawan yang mengalami luka patah tulang, dia menegaskan bukan karena terkena ledakan amunisi.
Keduanya berusaha menyelamatkan diri dengan cara melompat keluar tol setelah mendengar dan melihat truk yang berada di depannya itu terbakar serta mengeluarkan bunyi ledakan.
"Teman-teman media, perlu dicatat bahwa korban yang meninggal dunia dan yang mengalami luka-luka bukan karena ledakan. Karena jatuh saat menyelamatkan diri," pungkasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang