Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah secara Psikologis Perempuan Lebih Rentan Terjebak Pinjol?

Kompas.com, 21 April 2025, 11:49 WIB
Azwa Safrina,
Aloysius Gonsaga AE

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Tren pinjaman online (pinjol) terus meningkat setiap tahun, didorong oleh berbagai kemudahan dan keuntungan yang ditawarkan.

Namun, di balik kemudahan tersebut, pinjol juga membawa dampak kerugian yang signifikan bagi mereka yang tidak mampu membayar kembali.

Berdasarkan data yang dihimpun Kompas.com, perempuan menjadi golongan yang paling banyak terjerat pinjol.

Penyaluran pinjaman kepada nasabah perempuan meningkat dari 52,3 persen menjadi 54,8 persen, menunjukkan adanya kerentanan yang lebih tinggi di kalangan perempuan untuk mengambil pinjaman online.

Baca juga: Kenapa Pinjol Semakin Dilirik Saat Ekonomi Sulit? Ini Kata Pakar Unair

Dosen Psikologi Universitas Airlangga (Unair), Atika Dian Ariana, menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor psikologis yang membuat perempuan lebih rentan terhadap pinjol.

"Jika melihat proporsi penduduk di Indonesia, jumlah perempuan memang lebih banyak dibandingkan laki-laki." 

"Aktivitas berbelanja, terutama secara online, juga lebih banyak dilakukan oleh perempuan," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Jumat (18/4/2025).

Atika menambahkan, perempuan cenderung memiliki fleksibilitas dalam memilih barang saat berbelanja, sedangkan laki-laki lebih suka membeli barang secara langsung.

"Saat berbelanja offline, ada faktor penundaan, misalnya karena dananya belum ada, jadi ditunda dulu," imbuhnya.

Budaya fear of missing out (FOMO) juga menjadi faktor pendorong.

Baca juga: Kisah Mahasiswi yang Terjerat Pinjol, Berawal dari Penipuan dan Nyaris Gadaikan Motor

"Perempuan sering membeli barang hanya untuk ikut-ikutan tren. Misalnya, ketika melihat teman-temannya menggunakan barang tertentu, mereka pun ingin membeli, sehingga pengeluaran meningkat dan terpaksa beralih ke pinjol," ujarnya.

Iklan pinjol yang agresif turut memicu pertumbuhan tren ini.

Atika menjelaskan bahwa banyak perempuan yang menghabiskan waktu untuk scrolling di media sosial, dan sering kali terpapar promosi pinjol dari influencer.

"Jika mereka sudah melihat promosi itu sekali, kemungkinan besar akan mencoba pinjol saat melihat iklan serupa di postingan lain," tuturnya.

Dampak psikologis yang dialami korban pinjol sangat serius, sering kali berupa perasaan tertekan, stres berat, hingga depresi.

Baca juga: Ketika Pinjol Jadi Jalan Terakhir: Kisah Warga Banyuwangi dan Upaya RT Sulastri Membentenginya

"Apalagi jika korban tidak memiliki penghasilan, mereka akan merasa dicemooh oleh lingkungan sekitar yang menganggap mereka tidak tahu diri," ungkap Atika.

Untuk pemulihan mental, Atika menyarankan pentingnya menumbuhkan rasa tanggung jawab, mengajarkan konsekuensi dari setiap pilihan, serta membentuk pola pikir yang lebih luas.

"Kami tidak bisa membantu meringankan beban pinjol, tetapi pemulihan mental agar korban tidak kecanduan dan memiliki rasa tanggung jawab adalah hal yang diperlukan," kata Atika.

Dukungan dari lingkungan sekitar juga sangat penting dalam proses pemulihan.

"Seringkali, lingkungan sekitar menjadi pemicu korban untuk terjebak dalam pinjol, seperti kritik terhadap gaya hidup yang mendorong mereka untuk membeli barang-barang tidak perlu," tambahnya.

Baca juga: Pria Ini Buat Laporan Palsu Pura-Pura Dibegal untuk Lunasi Pinjol

Atika berpesan agar menjaga kesehatan mental dan kebahagiaan diri sendiri lebih penting daripada sekadar mengikuti tren atau menuruti perkataan orang lain.

"Membiasakan pola hidup sehat dengan berhenti membandingkan diri, baik secara offline maupun online, serta memberikan reward pribadi jika memang layak tanpa memaksakan diri," pungkasnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau