Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Cak Brenk Selamatkan Ular, Tak Gentar meski Masuk RS akibat Si Hijau Ekor Merah

Kompas.com, 25 Maret 2025, 08:11 WIB
Fitri Anggiawati,
Icha Rastika

Tim Redaksi

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Waktu telah menunjukkan tengah malam, tetapi tiba-tibapanggilan masuk ke ponsel Dicky Dwi Cahya yang tengah bersantai dari lelahnya bekerja pada Minggu (23/3/2025).

Dicky adalah pemuda Banyuwangi, Jawa Timur berusia 32 tahun yang mengabdikan dirinya dengan menjadi relawan di Banyuwangi Reptile Community.

Dia mendapatkan telepon soal kemunculan ular jenis piton sepanjang tiga meter.

Tak butuh waktu lama, dia segera bergegas, bergabung dengan rekan-rekannya dari komunitas tersebut untuk melakukan misi penyelamatan ular.

Itu adalah salah satu aktivitas penyelamatan yang kerap dilakoni Dicky yang telah mendalami bidang penyelamatan reptil sejak tahun 2012.

“Saya menekuni bidang rescue dari 2012. Kalau ular, sejak kecil sudah suka karena unik menurut saya,” kata pria yang akrab disapa Cak Brenk itu.

Baca juga: Fenomena Kobra Masuk Rumah: Perburuan Biawak Jadi Faktor Naiknya Populasi Ular

Bukan hanya ular jenis piton, Dicky juga sering melakukan misi penyelamatan ular berbisa seperti kobra atau yang lainnya, berbekal ilmu yang didapatkannya dari komunitas Reptile Rescue Indonesia.

Misi penyelamatan tak selalu berjalan mulus. Dia bahkan pernah digigit ular hijau ekor merah yang berbisa.

Akibatnya, ia harus ditindak secara medis dengan biaya sendiri. 

Meskipun begitu, peristiwa semacam itu tak mengurungkan niatnya untuk terus melakukan penyelamatan ular serta menggencarkan sosialisasi dan edukasi kepada mereka yang bersinggungan langsung dengan ular berbisa.

“Kita edukasi petani yang tak jarang salah mengidentifikasi jenis ular. Kita tunjukkan bentuk fisik dan kita berikan pendampingan. Kita bagi ilmu di sana,” ujarnya.

Tujuannya, meminimalkan kesalahan mengenali hingga menangani gigitan ular yang bisa berujung kematian.

Kini, bersama komunitas yang diawali dari 5 orang dan telah berkembang sebanyak 20 anggota aktif itu, Dicky rutin memberikan sosialisasi dan edukasi secara swadaya.

“Selain petani, kita juga mengenalkan ular ke siswa sekolah, mulai dari TK hingga SMA,” ucap Dicky.

Selain itu, dia bekerja sama dengan Universitas Airlangga (UNAIR) Banyuwangi untuk memberikan materi mengenai penyelamatan ular sejak UNAIR Banyuwangi berdiri hingga kini.

Komunitasnya juga aktif mengenalkan diri ke masyarakat dengan menggelar pertemuan di ruang terbuka hijau, sehingga masyarakat juga dapat menambah pengetahuan dari kegiatan yang dilakukan.

“Masyarakat bertanya, kita siap menerangkan. Bagaimana hidup berdampingan dengan ular, hingga penanganan pertama yang harus dilakukan,” ujarnya.

Baca juga: Fakta dan Mitos Kobra Masuk Rumah: Benarkah Bisa Ular Bisa Dihilangkan?

Dia selalu menekankan bahwa ketika terkena gigitan ular, sebisa mungkin untuk tidak panik dan segera ke rumah sakit terdekat tanpa mengidentifikasi terlebih dulu gigitan jenis apa yang didapatkan.

Korban gigitan ular juga sebisa mungkin tidak menggerakkan area tubuh yang terkena gigitan untuk menghindari percepatan penyebaran bisa ular.

“Kalau digigit di tangan, tangan jangan diayunkan. Kalau digigit di kaki, berjalan pincang,” ujarnya mencontohkan.

Dengan segala upaya yang dilakukan, Dicky berharap masyarakat dapat lebih bisa hidup berdampingan dengan ular.

Baca juga: Digigit Ular Kobra? Begini Pertolongan Pertama supaya Terhindar dari Kematian

Meskipun berbisa, ular memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem dengan mengendalikan populasi hewan lain seperti tikus dan katak.

Sementara itu, untuk meningkatnya populasi ular tak lepas dari campur tangan manusia yang melakukan pembangunan permukiman, rusaknya alam, hingga memburu predator yang mengendalikan populasi ular.

Ke depan, Dicky mengaku akan terus melakukan misi penyelamatan ular dan berharap bisa bekerja sama dengan Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan dalam melakukan misi penyelamatan ular.

“Kita berharap bisa bekerja sama dengan Damkar. Barangkali suatu saat bisa membantu ketika dibutuhkan, kami siap,” katanya. 

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau