SURABAYA, KOMPAS.com - Polda Jatim mengungkap fakta terkait tersangka AYE (29), pelaku curanmor yang ditembak mati di Surabaya.
AYE ditembak mati oleh tim Subdit III Jatanras Polda Jatim pada Jumat (7/3/2025) dini hari karena melakukan perlawanan dengan senjata tajam celurit kepada polisi saat ditangkap.
Kasubdit III Jatanras Polda Jatim, AKBP Arbaridi Jumhur mengatakan, tersangka tergolong lihai dan mulus dalam melakukan aksinya.
Ia menyebut bahwa tersangka adalah ketua komplotan curanmor yang beraksi di sejumlah daerah.
“Jadi dia yang mengatur semua waktu dan tempat (lokasi pencurian),” kata AKBP Jumhur di Mapolda Jatim, Jumat (7/3/2025).
Baca juga: Residivis Curanmor yang Ditembak Mati Polisi di Surabaya Sehari Bisa Curi 4 Motor
Tersangka pernah menjalani masa hukuman dengan kasus yang sama sebanyak tiga kali.
“Yang lebih mencengangkan lagi itu, jadi setiap dia gerak itu harus dapat. Jadi tidak ada perencanaan, tidak ada,” katanya.
Ketika ada satu korban yang dianggap lengah, tanpa basa-basi dan tidak butuh waktu lama, ia langsung menjalankan aksinya.
“Kadang-kadang melihat ibu-ibu baru naruh, dia tahu ibu-ibu itu kadang-kadang lupa ngunci. Langsung diambil. Ya itu kelebihan dia seperti itu,” ujar Jumhur.
Setiap menjalankan aksinya, AYE tidak sendiri. Ia bekerja sama dengan anak buahnya yang memiliki peran-peran masing-masing.
Tiga di antaranya telah ditangkap. “Sering berganti-ganti mengajak temannya. Di antaranya ada tiga orang di sini,” ucap dia.
Saat ditangkap dan ditembak mati polisi dini hari tadi, AYE dibonceng oleh rekannya saat beraksi.
Baca juga: Tersangka Curanmor 40 TKP di Surabaya Menikah Saat di Balik Jeruji
Rekannya tersebut berhasil lolos dan masih dalam daftar pencarian orang (DPO).
Selama beraksi menjadi bandit curanmor, ia menggunakan uang hasil curian untuk foya-foya dan pesta sabu. Hal ini dibuktikan dengan temuan barang bukti di TKP.
“Hasil dari aksinya itu, kita punya rekaman untuk digunakan untuk foya-foya, bahkan untuk menggunakan narkoba jenis sabu. Waktu kita amankan, ada juga alat hisapnya itu,” kata dia.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang