Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anggara Yuniarto, Seniman Tato Realis Surabaya yang Tak Punya Tato di Tubuhnya

Kompas.com, 19 Februari 2025, 06:00 WIB
Izzatun Najibah,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Mulanya, untuk memahami teknik membuat tato, dia mempelajarinya secara otodidak.

Ability dan agility-nya kurang. Saya harus belajar terus mengasah bakat untuk terus improvisasi,” cetus Angga.

Beruntung, dia memiliki kakak sepupu yang menggeluti industri tato lebih dulu.

Selepas kuliah, Angga mengikuti sepupunya ke Surabaya untuk menggelar pameran tato di Tunjungan Mall Plaza.

Dari situlah, Angga mulai jeli memahami tato -bukan hanya sekadar goresan tinta di kulit, tetapi menjadi bagian dari kesenian dan budaya, serta tren gaya hidup yang bisa berkembang menjadi usaha.

Baca juga: Dodot, Seniman Tato yang Jalani Hobi dan Bisnis di Tengah Persepsi Buruk

Setelah pameran yang digelar kakaknya meledak di kalangan pecinta seni, ketertarikan Angga untuk belajar tato, bekerja, dan memulai usaha di Surabaya mulai tinggi.

Pada awalnya, ia mengira kedua orangtuanya akan melarangnya untuk fokus karier sebagai tattoo artist.

Terlebih, pada tahun 2000-an awal, stigma tato sebagai hal tabu sangat kuat mengakar di kalangan masyarakat.

“Tahun segitu tato masih dianggap tabu dan bapak orangnya mandiri, pendiam, jadi mau melarang anaknya tidak berani karena mungkin beliau melihat saya menghasilkan dan tidak aneh-aneh,” ujar dia.

Angga pun mulai fokus. Beberapa negara dia jajaki untuk belajar industri tato.

Seiring berjalannya waktu, untuk mempertajam tekniknya, dia juga aktif mengikuti e-method dan e-course.

“Akhirnya tahun 2008 saya mulai pindah ke Surabaya dan waktunya bekerja di sini,” tutur pria asal Bandung tersebut.

Nah, meski sudah belasan tahun bekerja sebagai tattoo artist, dia tetap tak tertarik untuk merajah tubuhnya.  

Pasalnya, Angga berjanji kepada kedua orangtuanya yang telah mengizinkan dia berkarir sebagai tattoo artist.

Baca juga: Perjalanan Seni Tato di Jawa Timur, Gaya Hidup yang Kian Digandrungi

“Ayah sama ibu melarang secara halus, pokoknya jangan ditato lah karena dulu masih tabu. Bapak tidak melarang untuk jadi tattoo artist, mungkin itu yang membuat saya respect ke mereka,” ungkap dia.

Namun, Angga juga punya alasan pribadi mengapa dirinya tak ingin ditato oleh orang lain.

Anggara Yuniarto (42), seniman tato di Surabaya yang tidak memiliki tato di badan, Selasa (18/2/2025)KOMPAS.com/IZZATUN NAJIBAH Anggara Yuniarto (42), seniman tato di Surabaya yang tidak memiliki tato di badan, Selasa (18/2/2025)

“Di sisi lain, takut jelek. Kalau tato kan permanen, tidak bisa hilang seumur hidup,” sebut dia.

Menjalani profesi sebagai tattoo artist dan berjejaring dengan berbagai kalangan, membuat Angga mengenal banyak karakter seseorang. “Manusia itu perfeksionis,” kata dia.

Goresan yang dibuat Angga berfokus pada gaya realis. Tidak jarang konsumennya meminta agar foto orang-orang yang berjasa dalam hidup mereka dibuat sebagai gambar tato.

“Makanya aku senang realis. Seperti punya maknanya masing-masing; foto orangtua, nenek, kakek, atau anaknya yang mereka punya hubungan darah,” ucap dia.

Angga juga mengaku pernah membuat tato untuk satu keluarga; ayah, ibu, dan anak. Pengalaman ini menurutnya paling memorable.

Baca juga: Fiki Susanto, Seniman Tato Banyuwangi yang Teguh Lawan Stigma Negatif

Pria kelahiran 1983 ini mengaku mengidolakan Paul Booth, seorang seniman tato, pematung, pelukis, pembuat film, dan musisi yang tinggal di New York City.

Booth dikenal sebagai seniman yang identik dengan karya tato monokrom bergaya realis.

“Salah satu alasan kenapa aku pengin bisa tato adalah dia. Penuh idealis baik orangnya maupun seninya, saya pengin seperti itu,” tegas Angga.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Halaman:


Terkini Lainnya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar yang Curi Perhiasan Emas Bergaji Rp 3 Juta Lebih
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar yang Curi Perhiasan Emas Bergaji Rp 3 Juta Lebih
Surabaya
Syukur Aziz Jalani Hidup dengan Upah Rp 1.300 per Barang sebagai Kurir Paket
Syukur Aziz Jalani Hidup dengan Upah Rp 1.300 per Barang sebagai Kurir Paket
Surabaya
Hujan Deras, Tanah Longsor Timpa Rumah Warga di Madiun
Hujan Deras, Tanah Longsor Timpa Rumah Warga di Madiun
Surabaya
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar Jual Emas Curian untuk Beli Ponsel dan Cincin
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar Jual Emas Curian untuk Beli Ponsel dan Cincin
Surabaya
3 Bulan 111 Siswa SDN Tamberu 2 Telantar di Tenda, Solusi Bangun Gedung Baru
3 Bulan 111 Siswa SDN Tamberu 2 Telantar di Tenda, Solusi Bangun Gedung Baru
Surabaya
Pemkot Surabaya Berencana Bongkar Kampung Taman Pelangi Bulan Ini
Pemkot Surabaya Berencana Bongkar Kampung Taman Pelangi Bulan Ini
Surabaya
Hama Anjing Tanah Serang Tanaman Padi di Sumenep, Petani Merugi
Hama Anjing Tanah Serang Tanaman Padi di Sumenep, Petani Merugi
Surabaya
Beda Kecepatan, Proses Hukum Ambruknya Ponpes Al Khoziny Vs Kebakaran Terra Drone
Beda Kecepatan, Proses Hukum Ambruknya Ponpes Al Khoziny Vs Kebakaran Terra Drone
Surabaya
Air Pasang Laut Perparah Kondisi Banjir 5 Kecamatan di Sidoarjo
Air Pasang Laut Perparah Kondisi Banjir 5 Kecamatan di Sidoarjo
Surabaya
Cerita Kurir Paket di Sumenep, Bawa Marmut, Ikan Hidup, hingga Besi 3 Meter
Cerita Kurir Paket di Sumenep, Bawa Marmut, Ikan Hidup, hingga Besi 3 Meter
Surabaya
Kisah Akbar, Mahasiswa yang Menyambi Kerja Jadi Kurir Tiga Lini
Kisah Akbar, Mahasiswa yang Menyambi Kerja Jadi Kurir Tiga Lini
Surabaya
3 Rumah Hancur akibat Ledakan Bahan Petasan di Pacitan, 5 Orang Terluka
3 Rumah Hancur akibat Ledakan Bahan Petasan di Pacitan, 5 Orang Terluka
Surabaya
Ratusan Desa Rawan Bencana, BPBD Sumenep Susun Panduan Penanggulangan
Ratusan Desa Rawan Bencana, BPBD Sumenep Susun Panduan Penanggulangan
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau