Namun, lanjutnya, selama ini tidak ada upaya untuk mengungkap kenapa ada kecenderungan sikap arogan dari mereka yang menjadi anggota perguruan silat.
Dia merujuk pada hasil pemeriksaan terhadap 11 pesilat yang ditangkap yang menunjukkan adanya motif kesal terhadap dua korban karena menjadi anggota perguruan silat yang berbeda.
"Ini menunjukkan tanda-tanda kebencian,” ujarnya.
Karena itu, Arif mengimbau kepada para ketua perguruan silat yang ada di Blitar untuk lebih bertanggung jawab dalam membimbing anggota mereka agar tidak mengedepankan sikap emosional dan arogan.
Baca juga: Bikin Gaduh Dekat Markas Polisi, Puluhan Pesilat di Blitar Ditangkap
“Kita harus mengubah paradigma perguruan silat menjadi tempat untuk berlatih dan membina prestasi, bukan menumbuhkan arogansi dan kebencian,” tutur dia.
Di sisi lain, kata dia, polisi juga mendapati fakta bahwa 11 pesilat yang melakukan konvoi yang mengganggu ketertiban umum serta melakukan pengeroyokan dan penganiayaan tersebut berada dalam pengaruh minuman keras.
Kata Arif, sebenarnya jumlah pesilat yang melakukan konvoi pada saat itu sekitar 50 orang, namun hanya 11 di antaranya yang melakukan pengejaran dan pengeroyokan usai berpapasan dengan dua pesilat dari perguruan silat lain.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang