Ketika ditanya mengenai tempat bermalam, Sudjat mengaku kerap tidur di emperan toko.
Untuk mandi, ia memanfaatkan fasilitas umum seperti SPBU atau masjid.
Meski demikian, ia tetap bersyukur masih diberi kesehatan dan kekuatan untuk mencari nafkah.
"Ya kalau bilang cukup itu pokok habisnya cepat, berarti ada yang dibawa pulang. Kalau enggak habis-habis itu kan tekor di makannya. Di Surabaya makan itu mahal," katanya.
Waktu pulang Sudjat ke Blora tidak menentu, tergantung kecepatan dagangan habis.
Terkadang, ia harus bertahan hingga seminggu. Namun, ada kalanya dalam lima hari dagangannya sudah ludes terjual.
Baca juga: Pedagang Ikan Predator di Kramat Jati Rugi Puluhan Juta Rupiah Dagangannya Dimusnahkan
Menariknya, ia mengungkapkan bahwa banyak warga Blora yang juga menekuni pekerjaan serupa di berbagai kota besar.
"Dan sebenarnya dari Blora yang jual jipang kayak saya itu banyak. Ada yang di Semarang, Solo, Tuban, Malang, itu dari Blora semua," katanya.
Di usianya yang sudah memasuki senja, Sudjat masih gigih berjuang demi menghidupi keluarganya.
Ia memilih untuk tetap produktif selama masih diberi kesehatan dan kekuatan.
"Ya seperti ini dijalankan saja, mumpung masih ada tenaga, dan Alhamdulillah masih sehat," ucapnya dengan penuh syukur.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang