Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Demam Berdarah Melonjak di Blitar, 3 Meninggal

Kompas.com, 6 Februari 2025, 10:48 WIB
Asip Agus Hasani,
Andi Hartik

Tim Redaksi

BLITAR, KOMPAS.com - Sebanyak 389 orang di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, tercatat terjangkit demam berdarah dengue (DBD) sepanjang Januari 2025. Tiga di antaranya meninggal dunia.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, Christine Indrawati, mengatakan bahwa tiga kasus kematian akibat demam berdarah di sepanjang Januari 2025 dialami anak-anak usia di bawah 10 tahun.

"Tiga kasus kematian itu masing-masing terjadi pada anak usia 9 tahun, 1 tahun, dan 9 bulan. Kebetulan semuanya anak perempuan," ujar Christine kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Kamis (6/2/2025).

Baca juga: Pemkab Dompu Tetapkan Status KLB Demam Berdarah

Menurut Christine, kasus kematian akibat demam berdarah kebanyakan terjadi karena pasien terlambat mendapatkan penanganan medis.

Kata Christine, jika seseorang mengalami demam selama dua atau bahkan tiga hari tanpa penurunan, maka seharusnya telah menjadi peringatan akan kemungkinan terjangkit demam berdarah.

"Apalagi kalau demam tinggi dengan suhu badan 39 derajat celsius ke atas," ujarnya.

Baca juga: 2 Anak di Dompu NTB Meninggal karena Demam Berdarah

Ia mengakui bahwa akhir-akhir ini infeksi virus demam berdarah tidak selalu ditandai dengan gejala demam tinggi.

Kata Christine, terdapat banyak jenis virus demam berdarah, di mana sebagian tidak memicu gejala demam tinggi saat menjangkiti pasien.

"Sekarang itu kadang demamnya tidak sampai tinggi, tapi trombosit sudah turun," ungkapnya.

Karenanya, pihaknya mengimbau kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan saat mengalami gejala demam meskipun tidak dengan suhu badan tinggi.

Kewaspadaan itu, lanjutnya, harus ditingkatkan jika gejala dialami oleh anak-anak.

"Kalau demam dua hari tidak turun, segera periksakan anak-anak ke Puskesmas atau rumah sakit terdekat," tuturnya.

Curah hujan tinggi

Tentang lonjakan 389 kasus demam berdarah sepanjang Januari 2025, Christine menyebutnya sebagai dampak curah hujan tinggi yang menciptakan kondisi peningkatan perkembangbiakan nyamuk pembawa virus demam berdarah.

Di sisi lain, terangnya, kesadaran masyarakat untuk memberantas sarang nyamuk, terutama di musim hujan, masih saja kurang.

"Ya, terus terang terpaksa kami menyalahkan juga kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjalankan prosedur 3M," ujarnya, merujuk pada singkatan dari langkah menguras, menutup dan mengubur sarang nyamuk.

Christine membenarkan bahwa ledakan kasus demam berdarah sepanjang Januari 2025 merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan jumlah kasus tiap bulannya yang terjadi pada 2024.

Padahal, tahun 2024 tercatat sebagai masa terjadinya kenaikan drastis kasus demam berdarah dibandingkan tahun 2023.

Kasus demam berdarah paling tinggi sepanjang 2024 tercatat pada bulan Maret dengan 256 kasus.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau