Kini, anaknya bekerja sebagai tukang ojek online, sementara ia masih bertanggung jawab atas pendidikan keponakannya yang duduk di kelas 3 SMK.
"Memang hujan gini tidak menentu, Mas. Cara mengakalinya yang pertama cukup untuk makan saja, sisanya untuk uang saku anak saya yang sekolah. Untuk tengkulak-tengkulak saya kesampingkan kalau memang lagi mepet. Pokoknya sehari itu kalau bisa nabung Rp 10.000 sampai Rp 15.000," jelasnya.
Di balik itu semua, Ana menyimpan mimpi untuk mengembangkan usahanya.
"Aslinya pengen jualan selain minuman es dan kopi, pengen nambah makanan-makanan ringan yang cantelan itu. Sama mungkin ganti gerobak, kan ini sudah waktunya ganti," ungkapnya penuh harap.
Baca juga: Petugas SPBU di Surabaya Dikeroyok 7 Orang Usai Tegur Matikan Rokok
Meski begitu, Ana tetap bersyukur di tengah penghasilannya yang pas-pasan.
"Kalau ngomong cukup tidak cukup ya dicukup-cukupkan saja, Mas. Yang penting untuk makan dan sangu itu tidak boleh ketinggalan," ujarnya bijak.
Di penghujung perbincangan, Ana menyampaikan pesan untuk generasi muda supaya bisa bekerja dan berpenghasilan cukup.
"Pesan saya untuk anak muda, jadilah yang berguna. Cari kerja yang sesuai biar tidak seperti saya-saya ini," pesannya.
"Berapa pun hasilnya ya disyukuri, itu yang penting," imbuhnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang